SEMBILAN BELAS: DATE

18 3 0
                                    

Nara sedang berbaring di atas tempat tidurnya setelah mengerjakan tumpukan tugas sekolah minggu ini karena ia tidak ingin mengerjakannya di hari Minggu. Ia tersenyum samar menatap langit-langit kamarnya sambil mengetuk-ketukkan ponselnya ke dagunya seperti sedang memikirkan sesuatu yang menyenangkan. Beberapa hari terakhir ini ia selalu berangkat dan pulang sekolah bersama Risha, meski harus melalui perdebatan sengit dengan Leo terlebih dahulu. 

Memikirkan jika esok hari Minggu membuatnya mendesah karena itu artinya ia tidak bisa bertemu dengan Risha. Ia sendiri merasa takjub dengan dirinya yang belakangan ini justru lebih banyak memikirkan Risha, ia bahkan tidak ingat tujuannya semula meminta Risha menjadi pacarnya, dan ia juga seperti lupa untuk memikirkan Liana. Nara kembali mengembuskan napas berat untuk kesekian kalinya.

Nara membuka kunci layar ponselnya. Lalu mencari kontak Risha di sana. Sempat berpikir beberapa saat karena ia tidak punya alasan untuk menghubungi Risha, tapi tak ingin lama-lama berpikir akhirnya ia mengetuk tombol panggilan. Setelah beberapa kali nada sambung, akhirnya terdengar jawaban dari seberang.

"Halo?" sapa Risha malas. Nara sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresi Risha saat ini, pasti sedang kesal.

"Lagi nonton apa?" tanya Nara langsung ke intinya membuat Risha gelagapan karena Nara tahu bahwa ia sedang menonton film. Risha melihat ke sekeliling kamarnya, mencari tahu barangkali Nara pernah memasang CCTV. Tapi Nara tidak pernah masuk ke kamarnya!

Risha memicing, "Lo gimana bisa tau?"

"Ya gue tau lah kebiasaan lo kalo malming ngapain, temen ga punya, ga main sama pacar, pasti lagi nonton lewat komputer kan lo?" tebak Nara yang sembilan puluh sembilan persen benar. Risha mendecak. Sebenarnya Risha menonton melalui televisi di kamarnya yang disambungkan ke harddisk miliknya, tapi Risha malas berdebat. Intinya Nara tahu kalau ia sedang menonton film.

"Ngapain nelpon?"

"Lo belum jawab pertanyaan gue."

"Nggak mungkin kan Nara lo nelpon cuma buat nanya gue nonton apa? Lo mau ngajakin nobar?"

"Ide bagus!" jawab Nara sambil tersenyum, tentu saja Risha tidak bisa melihatnya dan malah mendesis kesal.

"Serius Naaaraaaa, ada apa?" Risha kembali ke poin semula yang membuat Nara berdehem karena kali ini ia harus benar-benar memikirkan alasan yang tepat.

"Besok lo ada acara?" tanya Nara akhirnya.

"Ada!" jawab Risha ketus.

"Oh, ya? Ke mana?" Nara menaikkan alisnya karena penasaran.

"Gue mau maraton drakor." Jawaban Risha ini justru membuat Nara tertawa.

"Ya udah, besok temenin gue ke mall, yuk!" ajak Nara sambil masih tersenyum.

"Dih, lo tuli ya? Kan gue bilang gue ada acara, Naraaaa."

"Udah, maraton drakornya minggu depan aja. Gue mau beliin kado buat kakak ipar gue yang baru lahiran. Lo kan cewek, pasti lebih ngerti soal kayak gitu kan." Akhirnya Nara menemukan alasan yang tepat.

"Ya udah sama Liana aja sih, kan kesempatan tuh," saran Risha membuat Nara merapatkan bibirnya karena kesal.

"Liana jalan sama Ditya," jawab Nara asal, padahal ia juga tidak tahu.

"Tumben lo nggak diajakin, biasanya kan kalian ke mana-mana barengan. Untung ke toilet nggak barengan." Ada nada sarkas di pernyataan Risha.

"Udah lah, nggak usah ngomongin mereka, jadi lo bisa nggak?" desak Nara sekali lagi.

"Mmmm..." Risha menggumam sambil berpikir.

"Besok gue traktir nonton sama makan deh," tambah Nara seolah memberikan penawaran, padahal sebenarnya dia memang ingin mengajak Risha nonton dan makan.

PRETENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang