DUA PULUH SATU: BREAK UP!

3 1 0
                                    

"Ya sekali-sekali lo nikmatin lah sesuatu yang nggak bisa lo dapetin."

Kata-kata Risha terus bergema di kepala Aditya. Ia sudah memikirkan dan merenungkannya matang-matang. Dia tidak bisa seperti ini terus. Ia orang yang tahu kapan harus berjuang, kapan saatnya menyerah karena perjuangannya justru menyakiti orang lain.

Aditya sedang mengecek proposal kepanitiaan perlombaan olahraga antar SMA yang akan diadakan oleh sekolahnya sebelum menandatanganinya, tapi sejak tadi ia tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Ia pun menutup proposal itu dan keluar dari ruangan OSIS. Ia ingin mencari udara segar sejenak. Ia berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang masih ramai meskipun sudah jam pulang sekolah karena masih banyak siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dan ada juga yang mengerjakan tugas kelompok.

Langkahnya terhenti di dekat lapangan futsal yang ada di sekolahnya. Ia sedang melihat teman-temannya yang asik bermain futsal, termasuk Nara ada di sana. Di pinggir lapangan ramai pula para siswa yang sedang mengantre untuk bermain futsal, sedangkan beberapa siswi juga tampak berkerumun di pinggir lapangan hanya untuk memperhatikan gebetan mereka masing-masing. Tentu saja fans Nara masih banyak meski ia sudah punya pacar, hanya saja kini fans tersebut bersikap lebih tenang, tidak seheboh dulu, bahkan sekarang siswi kelas X pun ikut menjadi fans Nara.

Di sudut lain, ia melihat Liana yang sedang duduk di dekat gawang. Liana memang hampir selalu menunggunya agar mereka berdua bisa pulang bersama. Tapi kini ia tahu bagaimana Liana menghabiskan waktu ketika menunggunya pulang sekolah. Aditya mengembuskan napas berat. Ia lalu berjalan ke arah Liana dan langsung duduk di sampingnya. Liana yang merasakan ada orang lain di sampingnya langsung menoleh.

"Udah selesai?" tanya Liana heran karena biasanya Aditya tidak secepat ini selesai.

"Belum," jawab Aditya singkat tanpa menoleh. Ia sedang menatap ke arah lapangan.

"Terus? Kok tumben ke sini jam segini?" Dan kali ini Aditya menoleh.

"Aku lagi jenuh aja, mau cari udara segar," jawab Aditya sambil tersenyum tipis.

"Jangan dipaksain! Kalo jenuh refreshing dulu, Dit," saran Liana sambil menepuk-nepuk bahu Aditya. Liana juga tampak khawatir pada Aditya, belakangan ini Aditya tampak serius. Ia jadi jarang tersenyum seperti biasanya.

"Minggu ini kamu ada acara?" tanya Aditya dan Liana hanya menggeleng.

"Jalan, yuk!"

"Ke mana?"

"Terserah kamu, aku iku ke mana aja kamu mau."

"Yah, kok gitu?" Liana mencoba protes tapi sepertinya akan percuma, karena ia tahu Aditya akan keras kepala. Meski tampak lembut, tapi Aditya jauh lebih keras kepala dibandingkan yang orang lain kira, bahkan Aditya lebih keras kepala dibandingkan Nara, hanya saja Aditya keras kepala dengan cara yang lebih elegan.

"Ya udah ayo ke pantai nanti sama Gana..."

"Nggak sama Gana!" potong Aditya cepat membuat Liana terkejut. Aditya menghela napas kemudian melanjutkan, "Kita jalan berdua aja," ucapnya dengan nada yang lebih lembut.

"Oh, o-oke!" jawab Liana sedikit tergagap.

---

Pagi itu Liana sudah berdandan dengan cantik. Ia mengenakan dress tanpa lengan warna biru muda selutut. Rambutnya ia gerai tapi ia mengenakan bando kain warna putih. Setelah merapikan poninya ia keluar dari kamarnya untuk menemui Aditya yang sudah menunggunya di ruang tamu. Aditya pun tampak santai dengan dalaman kaos putih dibalut kemeja kotak-kotak putih lengan panjang yang tidak ia kancingkan serta dikombinasikan dengan celana jeans warna biru dongker.

Aditya menggandeng Liana menuju ke mobilnya. Mereka akan ke Pantai Ancol, karena itu satu-satunya pantai terdekat di Jakarta. Mereka sengaja berangkat pagi karena tahu bagaimana ramainya Ancol di hari Minggu, jika terlalu siang, maka akan sulit untuk mencari tempat parkir mobil. Setelah memarkirkan mobil, barulah mereka bisa tenang untuk bermain.

Liana mengajak Aditya untuk menaiki kereta gantung karena selama ini ia belum pernah naik kereta gantung. Aditya menuruti keinginan Liana meski ia sudah pernah naik kereta gantung. Selama naik kereta gantung, Liana tampak takjub melihat pemandangan yang ada di bawah, ia bisa melihat laut dan beberapa permainan yang ada di Dufan. Sementara Aditya hanya memandangi Liana yang tampak gembira.

Setelah turun dari kereta gantung, Liana mengajak Aditya untuk masuk ke SeaWorld. Meski mereka sudah beberapa kali ke SeaWorld, tapi selalu menyenangkan untuk melihat satwa-satwa laut karena Liana merasa bahwa Aditya butuh penyegaran mata. Tapi ketika mereka sudah masuk ke dalam, justru Liana sendiri yang tampak sibuk melihat-lihat dan beberapa kali menyentuh binatang laut yang memang diperbolehkan untuk dipegang oleh pengunjung. Dan lagi-lagi Aditya hanya tersenyum melihat Liana tampak senang melihat binatang-binatang laut karena Aditya tahu bahwa Liana memang menyukai laut dan segala hal yang berhubungan dengan laut.

Mereka berdua keluar dari SeaWorld sambil tertawa-tawa. Mereka makan siang sejenak sambil beristirahat. Aditya mengajak Liana makan di sebuah cafe yang berada di atas laut, bukan yang di pinggir pantai, agar Liana bisa melihat laut lebih dekat. Beberapa kali Liana bersemangat ketika melihat ada ubur-ubur yang beredang di bawah mereka dan Aditya hanya tersenyum melihat Liana yang seperti itu.

"Kamu pingin main layangan?" tanya Aditya saat melihat Liana yang sedang memperhatikan layang-layang berbentuk kupu-kupu yang banyak diterbangkan penjual layang-layang di pinggir pantai.

Liana menggeleng. "Enggak, aku suka aja lihatnya," jawab Liana sambil tersenyum.

Aditya menggandeng Liana, mengajaknya untuk berjalan menyusuri pantai. Meski matahari sedang terik dan kulit mereka akan terbakar nantinya, tapi mereka tidak peduli, setidaknya untuk saat ini, karena angin laut pun seolah merayu mereka agar tetap di pantai. Angin laut cukup kencang hingga beberapa kali Liana harus merapikan rambutnya.

"Mau naik perahu?" tawar Aditya.

"Mau!" sahut Liana bersemangat.

Liana cukup senang bisa naik perahu meski laut Jakarta tidak jernih. Berada di atas perahu dengan ombak yang cukup tenang membuat mereka ikut hanyut dalam lamunan. Aditya memikirkan banyak hal, sedangkan Liana memikirkan hal lainnya.

"Coba kalo Gana juga ikut, pasti seru," gumam Liana pelan tapi Aditya masih bisa mendengarnya. Aditya pun menoleh dan menatapnya lekat.

"Eh, oh, maksud aku..." Liana jadi gugup dan salah tingkah. "Minggu lalu aku ketemu Gana sama Risha lagi jalan di mall," Liana mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Mereka berdua jalan nggak ngajak-ngajak kita juga, jadi kupikir kayaknya nggak papa sekali-sekali kita juga jalan sendiri tanpa Gana. Tapi ternyata sepi juga nggak ada Gana."

Tanpa terasa perahu mereka kembali menepi ke pantai. Aditya membantu Liana untuk turun dari perahu dan tidak melepaskan tangannya ketika mereka sudah sampai di darat. Hari sudah semakin sore dan matahari semakin condong ke barat. Teriknya matahari sudah tidak terlalu mereka rasakan, pantai mulai surut, dan angin semakin kencang ke arah laut. Mereka kembali menyusuri pantai dengan suasana yang lebih syahdu meski kulit mereka mulai lengket karena angin laut.

Liana terus berjalan dengan santai hingga ia merasakan tangannya tertahan di belakang. Liana berbalik dan mendapati Aditya telah berhenti melangkah. Aditya tersenyum sambil merapikan rambutnya yang berantakan karena angin yang cukup kencang.

"Liana, kita putus aja, ya..."

---

PRETENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang