TUJUH: PASSION

65 7 0
                                    

"Mereka beneran berantem?" tanya Liana pada Aditya. Mereka berdua berada dalam kerumunan siswa-siswi yang menikmati pertengkaran Nara dan Risha.

"Kayaknya," jawab Aditya tanpa menoleh. Aditya memperhatikan pertengkaran Risha dan Nara dengan wajah serius.

"Gara-gara Risha dibonceng anak kelas XI?" tanya Liana lagi. Aditya tidak langsung menjawabnya. Ia diam, tapi kemudian menggeleng pelan.

"Mereka udah diem-dieman sebelum itu." Liana berusaha mengingat-ingat sesuatu. "Ah!" Liana memekik sambil menutup mulutnya.

"Mereka berantem gara-gara Gana nganter aku?!" seru Liana menunjuk dirinya sendiri. Kali ini Aditya menoleh. Ia tampak memikirkannya, tapi ia tidak mengatakan apa-apa.

"Aku mesti jelasin ke mereka." Liana buru-buru menuju ke koridor tempat Nara dan Risha berada, tapi Aditya menahan tangannya.

"Lebih baik kamu nggak ikut campur, nanti masalahnya tambah runyam. Biar mereka selesaikan sendiri masalah mereka," cegah Aditya.

"Aku nggak bisa." Liana melepaskan tangannya dan kembali berlari. Aditya diam menatapnya, tanpa mengejarnya.

---

"Him?" Nara setengah berbisik. Risha mendesah sambil mengalihkan wajahnya. Risha sadar telah salah bicara karena emosi. Tidak ingin pembicaraan ini terus berlanjut, Risha berniat meninggalkan Nara. Baru selangkah berbalik Nara sudah mencekal pergelangan tangannya. Risha berusaha melepaskan tangannya tapi cekalan Nara terlalu kuat. Risha mendecak sebal tapi Nara tak bergeming dan malah menatapnya dengan tajam.

"Sorry..." Liana tiba-tiba menyela membuat Nara dan Risha mengalihkan pandangan padanya, tapi Nara masih belum melepaskan cekalannya. Liana melirik sekilas ke arah tangan mereka.

"Sha, gue rasa lo salah paham. Gue sama Gana nggak ada apa-apa, kemarin-kemarin Gana nganter gue pulang karena dimintai tolong sama Ditya, lo jangan cemburu ya," jelas Liana.

Risha mengernyit. Meski Liana memberikan penjelasan seperti itu, entah mengapa Risha merasa bahwa Liana seolah memamerkan padanya kalau Nara belum bisa move on darinya. Risha justru merasa diejek. Risha melirik Nara yang hanya diam, kemudian ia tersenyum miring.

"Kita nggak berantem gara-gara gue cemburu kok. Gue tau kalian cuma temen, ngapain gue cemburu? Justru Nara tuh yang cemburuan, gue ke kantin sama cowok lain, dia ngambek, gue dianter pulang cowok lain, dia marah." Nara melotot padanya tapi Risha memberinya kode agar diam saja.

"O-oh..." Liana mendadak kikuk dan terbata-bata.

Rasain lo, Risha tertawa dalam hati.

"Tapi lo nggak usah kuatir, kita uda baikan kok. Nara cemburu karena dia sayang banget sama gue." Risha nyengir. Nara hampir protes tapi Risha menyikutnya.

Liana menggaruk rambutnya yang tak gatal dengan canggung. Ia bingung harus bagaimana. "Ya udah kalo gitu. Syukur deh kalo kalian udah baikan," ucapnya kemudian dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

Risha tertawa ringan setelah Liana pergi. Risha mengangkat tangan kanannya, tapi Nara tidak mengerti maksud Risha dan hanya mengangkat kedua alisnya. Risha melirik tangannya yang masih mengambang, memberi kode untuk high five. Nara menepuk telapak tangan Risha kemudian ikut tertawa.

"Tapi lo jangan malu-maluin gue di depan temen-temen gue dong. Masa cewek gue deket-deket sama cowok lain? Bisa dikira diselingkuhin gue," protes Nara setelah hubungan mereka kembali mencair.

"Yaelah, tinggal lo putusin aja cewek lo," ujar Risha ringan tapi langsung dibalas jitakan oleh Nara.

"Coba aja kalo berani!" tantang Nara sambil tersenyum miring. Dari semyumnya saja, Risha yakin kalau Nara siap menyusahkannya kapanpun ia minta putus.

PRETENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang