Risha sedang berjalan bersama Nara menuju parkiran sepulang sekolah. Mereka mulai terbiasa bersama-sama saat jam istirahat atau pulang sekolah meski tidak setiap hari seperti itu. Kadang mereka membicarakan pelajaran, kadang membicarakan Liana, kadang juga tidak membicarakan apa-apa. Mereka berdua tidak memaksakan diri jika memang tidak ada yang dibicarakan. Seperti saat ini, mereka berjalan bersisian tapi tak ada yang dibicarakan.
"Jangan lupa ya entar malem!" Nara membuka pembicaraan. Risha tampak mengernyit sebentar, mencoba mengingat-ingat sesuatu tapi kemudian ia mengangguk paham.
"Gue jemput lo abis magrib ya?" tawar Nara. Risha kembali mencoba mengingat-ingat sesuatu.
"Nnnoo no no no no!" jawab Risha panik sambil mengibas-ngibaskan kedua tangannya. Risha belum memberi tahu kedua orang tuanya bahwa ia mempunyai pacar, dan ia sama sekali tidak berencana memberi tahu mereka. Orang tua Risha bukanlah orang tua yang akan menyukai ide pacaran meski mereka tidak melarang, karena itu Risha tidak ingin mengatakannya. Lagipula meskipun ia memang pacaran, tapi hubungannya dengan Nara tidak bisa disebut pacaran. Lebih tepat jika disebut simbiosis komensalisme, di mana Nara yang untung dan ia tidak mendapat apa-apa.
"Kita ketemuan di sana aja," sambung Risha kemudian.
"Oke, kalo gitu."
Mereka kembali berjalan tanpa membicarakan apa-apa lagi. Hingga tiba di persimpangan parkiran mobil dan sepeda, barulah mereka berpisah. Nara merasa sedikit aneh karena Risha tidak buru-buru seperti biasanya. Kali ini mereka benar-benar berpisah saat waktunya tiba di persimpangan, biasanya Risha akan berlari meninggalkannya sebelum itu. Nara mengangkat bahu cuek karena tidak ingin terlalu memikirkannya.
Risha tiba di parkiran dan langsung mencari-cari sepeda Falco. Sepeda Falco masih ada di tempatnya. Ia menghembuskan napas lega. Risha menunggu Falco, tapi sampai 15 menit ia menunggu, Falco belum kelihatan juga. Dengan berat hati Risha meninggalkan sekolahnya. Tidak mungkin ia terus menunggu sedangkan ia tidak tahu kapan Falco akan pulang.
---
"Tumben kamu jalan sama temenmu, sama siapa?" tanya Ayah Risha di perjalanan.
"Banyak, Yah."
"Berapa orang?" tanyanya lagi.
"Berempat."
"Cowok atau cewek?" cecarnya seperti menginterogasi.
"Yaa ada yang cowok, ada yang cewek," jawab Risha santai agar ayahnya tidak curiga.
"Hati-hati! Jangan malam-malam! Ayah jemput jam 10," pesan Ayah Risha sebelum Risha turun dari mobil.
"Iya, Yah," jawab Risha sambil mencium tangan ayahnya. Risha tersenyum pada ayahnya sebelum menutup pintu mobil, mengisyaratkan agar ayahnya tidak terlalu khawatir.
Nara sibuk dengan ponselnya sejak tadi, sedangkan matanya terus menjelajah ke segala penjuru. Aditya dan Liana sedang jalan berdua melihat poster-poster film. Sedangkan ia terus berusaha menelepon Risha yang sejak tadi tidak mengangkat panggilannya. Awas aja kalo sampai nggak dateng, batinnya geram.
Nara mencoba kembali menelepon Risha sambil berdiri di depan salah satu pintu masuk bioskop, siapa tahu ia menemukan gadis itu. Dan saat ia menoleh ke pintu masuk lainnya ia melihat seorang gadis yang sedang menatap monitor yang menampilkan jadwal film, hampir membelakangi Nara tetapi Nara masih bisa sedikit melihat figur sampingnya. Nara memperhatikannya karena merasa penampilan gadis itu sedikit berbeda dengan gadis-gadis lain. Gadis itu mengepang dua rambutnya dengan model french braid. Jaman sekarang jarang sekali ada gadis yang mau repot-repot mengepang rambutnya cuma untuk nonton film, apalagi dengan model french braid.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETENDING
Ficção AdolescenteRisha cuma pura-pura jadi fans Nara supaya punya banyak teman perempuan. Risha tidak ingin masa-masa SMA-nya berakhir seperti masa-masa SMP-nya yang tidak punya teman karena ia memiliki selera yang berbeda dengan teman-temannya. Karena sebagian besa...