13 Lost

1.5K 227 14
                                    


Satya terus memandangi wajah Azka yang bersandar pada bahunya. Indah namun terlihat pucat, napasnya teratur, dan lengkungan bibirnya saat tertidur adalah spot terindah yang pernah ia lihat.


00:45

Azka terbangun meremat perutnya rasa nyeri menjalar keseluruh tubuhnya.

"S-ssakith  ..."

Azka mengendap keluar dari kamar terduduk tepat didepan pintu. Berusaha menahan pekikannya agar tidak membangunkan orang itu.

Azka mengeluarkan obat yang selalu ia bawa dikantongnya menelan obatnya secara paksa ditenggorokanya yang kering.

Perlahan-lahan mulai berangsur membaik dan mulai teratur.


"Selamat pagi satya!"
"Hm"

"Aku membuat omelette untuk sarapan, makan yang banyak semangat kuliah!"

"Aku ambil cuti semester"

Azka terdiam sesaat ia juga akan mengambil cuti semester ralat Haris yang memaksanya untuk mengambil cuti semester dengan alasan untuk kesehatannya.

Azka masih tidak mengerti ia sakit apa, apakah sangat serius sampai cuti satu semester? Haris juga aneh menurutnya. Haris tidak mengijinkannya bekerja dan setiap minggu men-transfer uang untuknya.

Dia menjadi sangat tidak nyaman, berakhir tidak menggunakan uang Haris dan menggunakan uang tabungannya.

"A-aku juga"
"Bagus"

"Temani aku"
"Kemana???"

"Rumahku mengambil barang-barang ku"
"Tentu aku akan membantumu"

Sarapan pagi itu terasa hangat karena biasanya Azka hanya duduk sendiri dimeja makan.


"Masih ingat punya rumah rupanya"

Azka yang sedari tadi membelalakkan matanya takjub kesekeliling rumah Satya ikut terdiam dibelakang Satya.

"Selamat pagi papanya Satya"

Azka menyapa dengan tersenyum ramah.

Tidak ada sahutan, Satya menarik Azka memasuki kamarnya.

"Diam dan duduk disini"

Azka mengangguk duduk disisi ranjang. Kamar Satya jauh lebih luas dan mewah dengan nuansa hitam putih.

"Satya ini kamu?"

Azka menunjuk bingkai anak kecil yang berdiri membawa mendali dengan seorang wanita berlatar gelanggang es.

"Hm, itu aku dan ibuku"
"Wahh .."

"Pergi satu langkah dari rumah ini jangan harap bisa kembali"

"Aku tidak akan pernah menyesal karena pergi dari neraka ini"

Satya melempar surat-surat fasilitas yang ayahnya tawarkan untuk berhenti bermain skating.

— hening
"Satya..kamu atlet skating?"
"..."

"Pasti sangat menakjubkan berseluncur diatas es aku saja tidak bisa, Satya hebat banget"

Azka tersenyum lebar memuji Satya, refleks Satya ikut menyunggingkan senyumnya.Baru pertama kali ia mendapat pujian dari seseorang selain ibunya tentang hobinya.

"Mau bermain skating sebentar?"
"MAU!!"


Azka duduk memekik gembira melihat Satya yang lihai berseluncur diatas es sangat tampan ia baru tahu jika Satya memiliki bakat skating.

✓ Hanahaki Disease [ Sungjake ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang