16 Mustahil

1.5K 188 50
                                    

Haris duduk termangu memandangi wajah manis pucat Azka. Mengusap sayang pipi tirus 'sahabat'nya.

"Azka.. bangun ya? aku sudah memukul Satya untukmu"

"Azka anak baik, Azka anak kuat, Azka harus bangun ya?"

Ceklek...

Satya terdiam ditempatnya atensinya tertuju pada seseorang ah .. "miliknya" terkulai lemas dengan alat-alat medis menempel pada tubuhnya.

"A-azka.."
"Kau lihat milikmu?"

Satya bungkam seribu bahasa. Bibirnya terasa kelu tidak mampu berkata-kata.

"Kau senang sekarang?"
"A-aku.."

"Kau sudah puas bermain-main dengannya?"
"Beri aku waktu, aku ingin berbicara padanya"

"Aku tidak akan mengijinkannya"

Satya bersimpuh didepan Haris memohon. Ia putus asa presetan dengan harga dirinya ia tidak peduli. Ia hanya ingin berbicara pada Azka sungguh kali ini ia bersungguh-sungguh ingin meminta maaf.

"K-ku mohon..jangan mempersulit Har.. biarkan aku.."

"5 menit"

Haris bangkit dari duduknya beranjak keluar dari ruangan Azka. Hatinya berkecamuk sejujurnya ia khawatir Satya akan melakukan hal-hal diluar nalarnya. Namun ia masih mempunyai sisi iba dan membiarkannya.

Seperginya Haris, Satya memberanikan dirinya untuk mengecup lembut dahi 'miliknya' mengusap sayang surai legamnya.

"Azka..ini Satya.."

Satya menggenggam tangan Azka mengecupnya sesekali.

"Azka ..aku tahu aku terlambat..aku tahu aku tidak pantas untukmu..aku tahu aku hanyalah seorang pendosa..."

Satya mengusap kasar sungai yang mengalir dari matanya.

"Dengan bodohnya aku menyakitimu.."

"Azka..bangunlah dan hukum pendosa ini..pukul aku, caci-maki aku, bunuh aku agar bisa menebus segala kesalahanku.."

"Maafkan aku..Azka.."

Satya menangis sejadi-jadinya menunduk dihadapan pemuda yang terbaring lemah berjuang bertahan hidup.

Beberapa saat kemudian ia merasakan beberapa jari-jemari mengusap lembut surai legamnya. Satya mengadah menatap wajah 'miliknya' tersenyum dibalik masker oksigennya.

"A-azka ...aku mencintaimu.."

Satya memeluk tubuh ringkih itu menangis dalam pelukannya.
Azka susah payah menepuk pelan punggung Satya menenangkannya. Matanya terpejam dadanya sesak.

"Waktumu sudah habis.. AZKA!"

Bruk!
"DIA KESULITAN BERNAPAS BODOH!"

Haris menjauhkan tubuh Satya dari Azka menjatuhkannya asal. Azka sedikit membungsungkan dadanya sesak seolah semesta tidak memberinya celah untuk bernapas.

"DOKTER!"

Haris berjalan kesana-kemari gelisah sedangkan Satya duduk dengan tatapan kosongnya.

"Jika terjadi sesuatu padanya akan ku pastikan kau mati ditanganku camkan itu"

Satya tidak bergeming kalaupun ia mati sekarang ia akan menuruti jalan takdir yang semesta berikan padanya asal Azka baik-baik saja.

Ceklek..

"Bagaimana keadaannya dok?"
"Ia baik-baik saja namun kita harus segera melakukan operasi hatinya agar tidak semakin parah"

✓ Hanahaki Disease [ Sungjake ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang