Duapuluh

19K 1.4K 39
                                    

IG: gaaindasari_29
Tiktok: leogirl_290

jangan lupa follow ya guys

Peraturan sebelum baca cerita aku:

1. Wajib komen dan memberikan vote biar ramai

2. Harus follow akun Ig, tiktok sama wattpad aku

Udah itu aja happy reading semuanya☁️

Kalau ada kesalahan mohon dikoreksi yaa



Terdapat sedikit adegan kissing ⚠️

****

Nadira bersama Pak Zidan kini sedang duduk berdua diayunan balkon kamar mereka.

"Sayang," panggil Pak Zidan pada Nadira dengan nada lembut.

"Apa Mas?" tanya Nadira menoleh pada Pak Zidan.

"Kamu serius gak mau lanjut sekolah?" tanya Pak Zidan lagi.

Nadira tersenyum. "Serius aku mau fokus jadi ibu rumah tangga yang baik, urus kamu dan urus rumah kita."

Pak Zidan memeluk Nadira dan menaruh kepalanya diceruk leher Nadira. "Kamu udah yakin sama keputusan kamu jadi ibu rumah tangga?"

"Udah yakin Mas," jawab Nadira bersungguh sungguh.

Pak Zidan tersenyum jahil. "Tapi kamu belum jadi ibu rumah tangga yang baik, kalau belum mau bikin anak sama aku."

Mendengar ucapan Pak Zidan, pipi Nadira bersemu merah.

"Mas ngomong apa si," ujar Nadira sambil menunduk menyembunyikan semburat merah dipipinya.

Pak Zidan yang melihat itu terkekeh geli dan menegakkan kepalanya yang berada diceruk leher Nadira.

"Kenapa pipinya merah lagi?" tanya Pak Zidan yang melihat Nadira yang menunduk dengan pipi yang memerah.

Nadira berdiri dan ingin pergi masuk kekamar, karena ia bisa jantungan jika terus didekat Pak Zidan.

Namun Pak Zidan lebih duluh mencekal dan menarik tangan Nadira yang mengakibatkan Nadira jatuh kepangkuan Pak Zidan.

Gadis itu ingin berdiri namun Pak Zidan menahannya dan memeluk pinggangnya erat.

"Dira mau tidur Mas," ujar Nadira.

"Gak mau bikin bayi?" tanya Pak Zidan dengan senyuman jahilnya.

"Ngomong apa si Mas, udah malam, aku mau tidur," kesal Nadira dan mencoba untuk berdiri tapi Pak Zidan masi setia memeluk pinggangnya membuatnya susah untuk beranjak.

"Boleh ya?" tanya Pak Zidan dengan suara seraknya, membuat bulu kuduk Nadira berdiri.

Nadira berpikir untuk beberapa saat, jujur saja ia belum siap.

Ia masih belum siap melakukan itu sekarang, ia masi perlu waktu yang tepat, disaat ia benar benar sudah siap.

Nadira menunduk, takut takut menatap Pak Zidan, ia takut Pak Zidan marah dengan penolakannya. "Maaf Mas, aku belum siap."

Pak Zidan yang mendengar penolakan dari sang istri dibuat menghela nafas. "Oke kalau kamu belum siap."

Nadira menegakan kepalanya. "Mas gak marah sama Nadira?"

Pak Zidan tersenyum lalu mengecup pelipis Nadira. "Buat apa marah, Mas akan tunggu sampai istri kecil Mas ini udah siap."

Nadira tersenyum, ia merasa beruntung dengan Pak Zidan yang pengertian. "Makasi Mas."

MY TEACHER MY SOULMATE (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang