Sembilan

18.7K 1.5K 47
                                    

IG: gaaindasari_29
Tiktok: leogirl_290

jangan lupa follow ya guys

Peraturan sebelum baca cerita aku:

1. Wajib komen dan memberikan vote biar ramai

2. Harus follow akun Ig, tiktok sama wattpad aku

Udah itu aja happy reading semuanya☁️

Kalau ada kesalahan mohon dikoreksi yaa

****

"Ap--ann sih Pak," gagap Nadira.

"Ohh kamu lupa atau emang pura pura lupa hm?" tanya Pak Zidan dengan smriknya.


Nadira dibuat gugup setengah mati, gadis itu menundukkan kepalanya.

Pak Zidan yang melihat Nadira menunduk dibuat terkekeh geli, Pak Zidan mendekat dengan Nadira lalu berbisik ditelinga Nadira dengan posisi yang sangat dekat. "Kamu gak lupakan lima ronde, hukuman karena kamu mukul saya dimobil hm?

"Oh saya lupa kamu dua kali mukul saya, jadinya sepuluh ronde," lanjut Pak Zidan dengan suara beratnya.

Huwah mama, anakmu yang bohay seperti Selena Gomez dalam bahaya batin Nadira.

Nadira menegakan kepalanya lalu menatap Pak Zidan dan tidak sengaja saat Nadira menegakan kepalanya dan kepala Pak Zidan saling bertubrukan.

Dan hal itu mengakibatkan jarak mereka sangat dekat dan hidung mereka saling bersentuhan.

Keduanya saling merasakan nafas satu sama lain.

"Apa kamu sudah siap menjalankan hukumannya? Kita udah sedekat ini lo," tanya Pak Zidan membuat pipi Nadira memerah.

Nadira membuang mukanya. "Saya masi sekolah Pak."

Pak Zidan tertawa. "Saya juga becanda kok, saya cuman mau liat reaksi kamu aja."

"Tapi kan kamu bilang kamu masi sekolah, berarti kalau udah gak sekolah boleh dong?" goda Pak Zidan lagi.

Ya tuhan, katanya mau luluhin, kok malah gue yang kena si sama nih org batin Nadira.

Tapi biarin aja kan dia udah gak terlalu dingin, jadi gampang buat dia jatuh cinta batin Nadira lagi sambil tersenyum tipis dan sangat tipis, hinggah tidak dapat dilihat oleh Pak Zidan.

Nadira mencoba untuk berani, gadis itu memandang Pak Zidan remeh. "Siapa takut, mau sepuluh ronde juga gapapa, asal udah lulus."

"Dasar bocah ingusan," ejek Pak Zidan mendengar ucapan Pak Zidan.

"Bocah bocah gini, udah bisa bikin bocah lo Pak," canda Nadira.

"Tadi diajak bikin bocah katanya tunggu lulus sekolah dulu," ujar Pak Zidan.

"Kalau bikin sekarang Pak, sekolah saya gimana?"

"Walaupun kita lakuinnya pas kamu udah lulus juga percuma, karena kamu akan tetap jadi ibu rumah tangga."

Nadira menatap Pak Zidan dengan senyuman manisnya. "Bapak mau gak belajar untuk mencintai saya?"

"Emang kamu udah mencintai saya hm?"

"Kalau saya si udah, gak tau kalau bapak."

Pak Zidan menatap dalam kedua manik mata Nadira. "Maaf, saya belum selesai sama masa lalu saya."

Nadira merasakan hatinya yang sakit sekarang setelah mengetahui bahwa gurunya yang kini sudah menjadi suaminya masi belum selesai dengan masa lalunya.

"Bapak masi cinta sama masa lalu Bapak?"

"Saya masi mencintai masa lalu saya dan saya berharap dengan keberadaan kamu saya bisa melupakannya dan belajar untuk mencintai kamu Nadira," terang Pak Zidan dengan senyumannya.

Nadira gadis itu dibuat bertanya tanya didalam hatinya, jika Pak Zidan masi mencintai masa lalunya, mengapa Pak Zidan menerima perjodohan ini dan tidak menikah saja dengan masa lalunya.

Sekarang Nadira merasakan cintanya bertepuk sebelah tangan.

Melihat Nadira yang terdiam membuat Pak Zidan merasa bahwa ia telah menyakiti gadis ini. "Maafkan saya, jadi apa kamu mau membantu saya untuk belajar mencintai kamu Nadira?"

"Saya akan bantu bapak, kalau bapak tetap gak bisa, yauda saya cemplungin aja bapak kekali Ciliwung," ujar Nadira berusaha utnuk bercanda menetupi hatinya yang luka.

Pak Zidan memasang wajah datarnya.  "Udah malam mending kita tidur."

"Iya Pak," jawab Nadira.

****

Nadira gadis itu terbangun dari tidurnya dan gadis itu merasakan sebuah tangan besar nan kekar melinkar di pinggangnya.

Jadi semalam Pak Zidan memeluknya, sungguh Nadira ingin rasanya memekik kegirangan.

"Nadira baru aja dipeluk, apalagi lebih," gumam Nadira.

Nadira memindahkan tangan Pak Zidan yang ada dipinggangnya.

Lalu Nadira berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya yang baru bangun tidur.

Setelah selesai membasuh mukanya, Nadira turun kebawah untuk membantu Mamanya membuat sarapan didapur.

Pagi ini jam masi menunjukkan pukul delapan dan pada jam sepuluh nanti ia akan pergi kerumah barunya bersama Pak Zidan dan kedua orang tua mereka.

Sesampainya didapur Nadira mendapatkan sang Mama tersenyum menggoda kearanya. "Udah buat cucu belum say?"

"Gak ada cucu, noh boneka anabel jadiin cucu," kesal Nadira pada sang Mama.

Orang masi fokus sekolah, malah bahas cucu.

Walaupun Nadira kang rusuh dikelas dan juga sering membolos dan tiduran dikelas, ia juga tetap memikirkan masa depan dan cita citanya.

"Lo kamu kok ngomong gitu si Nadira bohay."

"Ya karena aku masi sekolah moms," cetus Nadira.

"Yauda deh, fokus duluh sama sekolah kamu dan belajar lagi, biar nanti jadi ibu yang benar."

"Iya dong, Nadira pasti jadi ibu yang benar, emang situ gak benar."

"Durhaka kamu," ujar Sinta sambil menjambak rambut sang anak.

****

Tandain ya kalau masi ada yang typo.

Spam next?

MY TEACHER MY SOULMATE (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang