***
S
eorang gadis melangkah dengan santai sambil bersenandung di lorong sekolah. Kedua tangannya memeluk buku di depan dada. Sesekali kakinya ikut mengayun seirama dengan nada yang ia mainkan dengan mulutnya. Sapaan demi sapaan ia balas dengan ramah. Sampai ada sesuatu yang mengenai kakinya hingga membuat gadis itu terjatuh. Suasana lorong yang sepi adalah keberuntungan. Jadi, ia tidak perlu menahan malu.
Gadis berambut hitam pekat itu sedikit meringis ketika pantatnya harus mencium lantai dengan begitu keras hingga menimbulkan bunyi. Buku yang ia bawa pun berserakan di lantai. Ia melihat sekelilingnya berusaha mencari penyebab ia jatuh. Namun nihil, ia tidak menemukan apa-apa. Kemudian, ia memungut buku-bukunya sambil sedikit meringis. Ketika ia hendak berdiri, tubuhnya seakan lunak. Ia hampir saja mencium lantai untuk kedua kalinya sebelum ada sepasang tangan menahan tubuhnya. Ia mencium aroma maskulin yang begitu menyengat. Gadis itu memberanikan diri membuka mata cantiknya dan langsung bertubrukan dengan tatapan tajam seorang laki-laki, sebelum ....
Bruk!
"Aduh! Shhh ... dua kali."
"Eh, kalau niat nolongin tuh jangan setengah-setengah kek. Muka doang sempurna, empatinya setengah doang," gerutu gadis itu kesal.
Ia terus menggerutu sambil memunguti kembali bukunya yang berserakan. Sampai tidak sadar, orang yang membuatnya kesal sudah menghilang dari pandangannya. Mata cantiknya celingukan dengan mengeluarkan sumpah serapah. Mendengar suara bel, ia bergegas menuju perpustakaan untuk menuntaskan tujuan utamanya. Setelah merapikan kembali buku yang ia pinjam, gadis itu segera kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Namun, ketika sampai di kelas, belum ada guru yang masuk.
"Gue ada berita heboh. Ini lebih heboh dari ayamnya Pak Husein yang lahiran kemarin," ujar seorang gadis dengan heboh saat melihat sahabatnya masuk kelas.
"Bodo amat."
Gadis itu menyerngit heran pada sahabatnya yang terlihat sangat lesu. Padahal seingatnya, sahabatnya ini sangat ceria saat meninggalkan kelas. Pulang-pulang sudah seperti korban pencopetan.
"Lun, lo kenapa?"
"Kesel gue, Na. Lo ngga lihat nih muka gue udah kek orang nahan boker begini."
"Maksud gue, lo kesel kenapa?"
"Pokoknya gue kesel. Masa tadi ada .... " ucapannya terpotong kala melihat seorang guru berjalan mendekati kelasnya. "Ngga jadi. Nanti aja pulang sekolah."
Seorang guru masuk ke kelas untuk melanjutkan pelajaran berikutnya. Kebetulan jam terakhir hanya dua jam. Jadi, kebanyakan siswa tidak langsung pulang. Mereka memilih nongkrong atau main untuk menghabiskan waktu siang dan sorenya. Seperti kedua sahabat ini yang memilih untuk mampir di tukang ketoprak pinggir jalan yang letaknya tidak jauh dari sekolah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Shadow
Fantasy[FOLLOW DULU YUK, SEBELUM MEMBACA] --[ON GOING]-- Cerita bermula saat Aldebaran Hermes hadir sebagai siswa baru. Laki-laki utusan dewa yang ditugaskan untuk menjaga putri tunggal keturunan Athena yaitu Athena Aluna Minerva. Aldebaran sendiri bahkan...