[FOLLOW DULU YUK, SEBELUM MEMBACA]
--[ON GOING]--
Cerita bermula saat Aldebaran Hermes hadir sebagai siswa baru. Laki-laki utusan dewa yang ditugaskan untuk menjaga putri tunggal keturunan Athena yaitu Athena Aluna Minerva. Aldebaran sendiri bahkan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Hari ini adalah puncak acara anniversary sekolah. Karena hari bebas, semua siswa juga menggunakan pakaian bebas. Tidak berseragam. Saat ini Aluna sedang dirias oleh Anara di ruang musik. Mereka tidak hanya berdua. Ada beberapa teman perempuannya yang lain. Merias Aluna tidak sulit. Wajah gadis itu memang sudah cantik dari lahir. Hanya saja, Aluna tidak bisa diam membuat Anara menghela napas berkali-kali.
Semua sudah siap, hanya tinggal memberi eyeliner pada Aluna. Namun, gadis itu tidak bisa diam. Disuruh melek malah ingin merem terus. Alhasil, hasilnya belepotan.
"Udah, ah, nih lo gambar sendiri. Pegel gue," keluh Anara.
"Yahh, Na. Gue mana bisa pake ginian. Va, nih, lo aja yang pakein," ujar Aluna.
Eva, teman sekelasnya mendekati Aluna dan menggantikan Anara. Memang, Aluna sulit sekali dirias. Setelah melewati drama dulu, akhirnya make up Aluna selesai. Aluna berubah menjadi gadis cantik bak bidadari. Gadis itu memang sudah cantik, tapi setelah dirias terlihat sangat-sangat cantik.
"Gue yakin, kelas kita pasti menang," seru Viara, si wakil ketua kelas.
Aluna menatap pantulan dirinya melalui cermin. Kemudian, ia meminta Anara untuk memotret dirinya. Ini akan menjadi hal yang langka. Karena ini pertama kalinya Aluna memakai gaun sebagus dan semahal ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Makasih, ya, Na. Udah pinjemin gue gaun ini. Coba kalau nggak ada lo, pasti gue udah bingung banget," ujar Aluna tulus.
Anara tersenyum pada sahabatnya. "Apaan, sih, pake makasih segala. Kita itu sahabat, Lun. Itu, kan, gunanya sahabat? Selalu ada saat dibutuhkan." Aluna memeluk Anara erat.
Teman-temannya yang ada di situ memandang haru keduanya. Terkadang, mereka iri dengan persahabatan Aluna dan Anara. Mereka bersahabat tanpa memandang fisik, status dan materi.
