BS|| Kesedihan Aluna

7 2 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aluna sudah melupakan kejadian kemarin. Hari ini dia kembali melakukan latihan bersama Aldebaran. Untungnya, Pak Husein pengertian pada muridnya. Beliau memberi waktu pada anak muridnya untuk berlatih lomba. Aluna mengajak Aldebaran untuk memisahkan diri. Tentunya tidak hanya berdua. Ada Anara dan Rael yang ikut mendampingi mereka. 

Percayalah, di sini yang ribet hanya Anara, Aluna dan Rael. Sedangkan Aldebaran hanya diam dan pasrah saja. Apalagi Anara dan Rael yang sudah sibuk membicarakan kostum. Aldebaran dibuat pusing oleh mereka. 

"Pokoknya nanti konsepnya harus pangeran dan putri. Biar kesannya lebih romantis," ujar Aluna. 

"Itu terlalu kuno. Mending ikutin trend zaman sekarang aja. Lo berdua pakai kostum ala mafia," usul Anara. 

Kening Rael berkerut. "Mafia itu apa?" 

"Masa lo nggak tau, sih. Mafia itu kayak geng tapi kejam. Mereka suka membunuh," jelas Anara. 

Rael menggaruk tengkuknya bingung. "Penjahat?" 

Anara menggeleng. "Mereka lebih dari sekedar penjahat. Kebanyakan dari mereka digunakan untuk membantu polisi memberantas kejahatan."

Rael menganggukkan kepalanya saja. Padahal ia tidak mengerti sama sekali. Dunia manusia ini bahkan bisa lebih canggih dari dunia dewa. Sudah hampir lima bulan dirinya berada di sini, membuatnya sedikit memahami dunia manusia. Manusia itu tidak punya kekuatan, tapi punya kreativitas yang mampu membuat hal-hal baru. 

"Pokoknya kostumnya tentang pangeran dan putri. Nanti Aldebaran pake kostum ala raja seadangkan gue ratunya. Eh, tapi gue aja nggak punya gaun," cicit Aluna lesu. 

Anara merangkul pundak Aluna. "Tenang aja. Lo bisa pakai punya gue. Apa gunanya gue di sini kalau nggak buat bantu lo," celetuk Anara. 

"Makasih banyak, Na. Lo emang sahabat terbaik," balas Aluna sambil memeluk sahabatnya. 

Aldebaran menyaksikan semuanya. Dari ekspresi sedih Aluna sampai tersenyum. Entah kenapa, Aldebaran bisa merasakan emosi yang luar biasa ketika berdekatan dengan Aluna. Aluna itu mengingatkannya pada seseorang. Namun, ia sendiri tidak tahu siapa seseorang itu. 

"Al."

"Iya, Darla." 

Aluna terdiam. Barusan Aldebaran menyebut nama orang lain yang dia yakini nama perempuan. Apa sedari tadi laki-laki itu diam karena memikirkan perempuan itu. Ada sedikit rasa sesak dalam hatinya ketika mengetahui Aldebaran memikirkan wanita lain. Aldebaran tersadar dengan ucapannya. Ia hanya spontan mengucapkan nama kekasihnya. Karena setiap melihat Aluna, dirinya jadi ingat dan rindu Darla. 

"Maaf. Maksudnya Aluna."

"Darla itu siapa?" tanya Aluna. 

"Ke--"

Black ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang