***
Aldebaran mengedarkan pandangannya mencoba mencari sesuatu yang mengganjal. Ia membelalak saat mendapati Aluna di belakang mereka. Bukan karena itu, tapi ada benda yang melesat cepat menuju Aluna. Jarak dirinya dengan Aluna sekitar dua meter. Ia mengedarkan kembali pandangannya yang sudah sepi. Tidak ada siswa di luar kelas.
Sebuah anak panah meluncur dengan cepat ke arah Aluna. Gadis itu tidak menyadari ada bahaya yang datang. Dengan sigap, Aldebaran berlari dengan kecepatan tinggi dan menarik tubuh Aluna ke dekapannya hingga mereka limbung ke bawah.
Mereka terjatuh dengan posisi berpelukan. Bahkan keduanya sama-sama dapat mendengar deru napas masing-masing. Aluna masih memejamkan matanya sambil mencerna apa yang barusan terjadi. Perlahan gadis itu memutar kepalanya mendongak menatap manik mata Aldebaran yang sedang memancarkan kekhawatiran.
"Kamu nggak papa?"
Aluna masih membisu. Lidahnya seakan kelu mengucapkan satu kata. Wajahnya memucat hingga ia pingsan di dalam dekapan Aldebaran.
Aldebaran menepuk pipi Aluna sambil memanggil nama gadis itu. Terbesit rasa khawatir dalam hatinya. Namun, ia menepis semua itu. Aldebaran menggendong Aluna menuju UKS. Sesampainya di UKS, ia membaringkan tubuh mungil Aluna di brankar. Rael mengekor di belakang Aldebaran.
"Pangeran, ada yang ingin saya bicarakan," bisik Rael.
"Bicara saja sambil menunggu gadis ini bangun," ujar Aldebaran datar.
Rael mengedarkan pandangannya, ternyata hanya mereka bertiga di dalam sana. Tidak ada siswa atau guru yang berjaga. "Nanti kalau ada yang mendengar bagaimana?" tanyanya gelisah.
"Tidak akan ada yang masuk."
"Baiklah. Setelah saya melihat anak panah tersebut, ternyata anak panah itu beracun. Sepertinya ada orang yang sengaja ingin mencelakai Nona Aluna. Karena saya melihat ukiran logo di anak panah itu," cecar Rael.
Aldebaran nampak berpikir. Jika memang ada yang ingin menyelakai Aluna, pasti bukan orang sembarang. Menurut cerita Rael, jenis anak panah itu bukan anak panah sembarangan. Bisa dari bangsa manusia atau ... bangsa dewa. Terlalu berkutat dengan pikirannya sendiri, sampai tak sadar jika gadis yang mereka tunggu sudah membuka matanya.
"Al."
Aldebaran menoleh pada Aluna yang sedang mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya. Dengan wajah datarnya, laki-laki itu menghampiri Aluna.
"Kau terlihat baik-baik saja," celetuk Aldebaran.
Rael menepuk keningnya. Seharusnya bukan itu pertanyaan yang diutarakan seseorang saat baru sadar dari pingsan. Kalau begini, emang benar jika Aluna baik-baik saja, bagaimana jika gadis itu masih syok.
"Nona, apakah ada yang sakit?" tanya Rael memperbaiki pertanyaan Aldebaran.
"Aduh Al, kepalaku pusing banget. Kayaknya tadi sempat kebentur, deh," ujar Aluna pura-pura kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Shadow
Fantasy[FOLLOW DULU YUK, SEBELUM MEMBACA] --[ON GOING]-- Cerita bermula saat Aldebaran Hermes hadir sebagai siswa baru. Laki-laki utusan dewa yang ditugaskan untuk menjaga putri tunggal keturunan Athena yaitu Athena Aluna Minerva. Aldebaran sendiri bahkan...