Masa lalu

489 44 7
                                    

Pesta berjalan dengan lancar, para undangan kini sedang sibuk menemui rekan bisnis untuk sekedar basa basi dan mengucapkan selamat kepada beberapa pengusaha yang berhasil meraih barang lelang termahal disana.

Winata, pria paruh baya yang sayangnya masih tampan itu tidak mengalihkan tatapannya dari remaja yang ternyata adalah putra bungsunya. Gelas yang berisi wine mahal itu sama sekali belum ia teguk.

"Jadi dia" winata tersentak, ia menoleh menatap saga yang sudah berdiri di sampingnya.

" kamu selalu tahu tanpa papah beri tahu" ujar winata. Ia meneguk abis wine nya.

"Dia berteman dengan lingga, bagaimana papah akan memberitahunya" tanya saga ia tak menanggapi ucapan sang ayah

Winata menghela nafas berat sebelum menatap serius sagara, putra sulungnya.

"Papah tau kamu kecewa atas ketidak becusan papah dalam mempertahankan rumah tangga papah dan mommy mu.-" winata menjeda ucapannya sebelum tersenyum tipis

"Tapi papah mohon jangan benci langit, dia tetap adik mu saga sama seperti lintang dan galaksi"

Saga mendengus ia membuang muka enggan menatap tatapan teduh sang ayah

"papah terlalu banyak berekspresi. Itu aneh" ujar saga malas

Winata yang mendengar itu terkekeh ia tahu bahwa putranya itu sebenarnya terenyuh hanya saja gengsi.

_____

Langit menghela nafas untuk sekian kalinya, ia sudah bosan dengan pesta orang kaya ini. ditambah fakta bahwa teryata galaksi, pria yang sudah berstatus sebagai bos nya itu adalah anak si pria tua menyebalkan membuat mood nya sudah hancur tak karuan. ia tak menyangka bahwa dunia sesempit ini.

Sudah dua gelas jus ia minum, disini anak anak dibawah umur tidak di berikan gelas berisi minuman berakohol tanpa di beri tahu sudah dapat ditebak bukan ulah siapa itu.

Lamunan langit harus buyar saat indera penglihatannya tidak sengaja menatap pria yang nampak tidak asing di ingatanya.

"Dia cowok di bar kemarin kan?"

Langit berdecak. Selucu itukah hidupnya sehingga orang orang yang baru langit temui semua berkumpul di pesta membosankan ini.

Saat ingin bangkit dari duduknya suara andin lebih dulu memasuki telinganya.

"Langit kemari, tante ingin menggenalkan mu kepada tuan maxime" andin menarik tangan langit agar mendekat kepada lelaki bernama maxime itu.

Maxime, pria keturunan belanda itu menatap langit dengan senyum tipis

"Sudah ku bilang kita akan bertemu lagi langit"

Langit memutar matanya malas

"Lo butuh apa dari gue. To the point aja gue ngga suka basa basi"

Maxime tertegun mendengar itu, namun tak lama ia terkekeh

" kau mengingatkan ku kepada sarah boys" ucapnya disertai kekehan pelan

"Lo kenal nyokap gue? Ah gue tau lo pasti salah satu klien nyokap gue kan"

"Langit!" Andin menatap tak percaya anak sarah itu,

Dunia Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang