10. IMAGINARY WOLVES

123 15 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya guys!

Sejak turun dari dari motornya semalam, sampai saat ini jam sudah menunjukkan waktunya istirahat, Anna masih saja bungkam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak turun dari dari motornya semalam, sampai saat ini jam sudah menunjukkan waktunya istirahat, Anna masih saja bungkam. Mungkin dia marah pada Iqbal soal diangkringan sate tadi malam.

Sebelum masuk rumah, Anna hanya berpesan agar Iqbal tak memberitahukan acara semalam pada siapapun. Setelah itu Anna tak pernah bicara lagi padanya. Bahkan tadi pagi kala ia menyapa, Anna cuek saja seolah-olah Iqbal hanya makhluk gaib saja.

"Tumben diem, galau ya?"

Entah pertanyaan itu sebuah bentuk kepedulian seorang Nanang, atau itu hanya sebuah ejekan.

Iqbal menoleh ke arah Nanang yang duduk disampingnya. Keadaan kelas sangat sepi, bahkan hanya ada mereka berdua ditambah Anggi yang lagi molor dilantai kelas bermodal alas kardus. Simulasi orang jalanan. Begitu kata Anggi.

"Gue lagi galau berat nih, Nang. Gue ngerasa bersalah banget." ujar Iqbal lalu menunduk sedih.

Nanang agak bergidik ngeri melihat kelakuan titisan Febrian didepannya ini. Kalau saja ia tak ingat semua kebaikan Iqbal dari dulu, mungkin dia sudah jijik dan menjauhi Iqbal.

"Ngerasa bersalah sama siapa?"

"Princess gue."

"Coba cerita, gue belum paham nih."

Iqbal menghela nafas, "Semalem..."

Akhirnya ia menceritakan semuanya pada Nanang. Dari awal ia menjemput Anna, pergi ke angkringan, sampai sikap Anna yang tiba-tiba lebih dingin padanya sekarang.

"Yeh tolol!" Nanang menoyor kepala Iqbal saking gemasnya. "Pantesan dia marah, lo-nya emang malu-maluin. Lain kali kontrol kelakuan lo. Gak semua orang bisa biasa aja liat tingkah lo yang absurd itu. Lagian siapapun yang jalan sama lo bakal ilfeel kali kalo liat kelakuan lo yang kelewat barbar itu."

Iqbal menerima semua ucapan Nanang, ia juga tak protes saat Nanang menoyor kepalanya. Iqbal sadar, ia bodoh karena sudah mempermalukan Anna didepan umum.

"Terus gue kudu gimana, Nang?" tanya Iqbal setengah frustasi.

"Ya samperin lah bego! Minta maaf yang bener."

"Iya gue tau, cuma.."

"Apa? Cuma apa?"

"Emm.. Gue gak tau caranya minta maaf sama cewek. Gue takut gak dimaafin."

Nanang menepuk jidat, ia jadi ikut frustasi menghadapi curut satu ini. "Udah! Gue nyerah ngadepin lo. Mending lo minta wejangan dari Si-mbok gorengan deh. Gue bisa gila lama-lama dengerin keluhan lo."

*plak
"Anjim! Sakit tolol!" Nanang mengusap tangannya yang terkena geplakan Iqbal diatas meja.

"Lo bener, Nang! Gue kudu minta nasihat si-mbok."

ANNA dan IQBALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang