16. DONT TOUCH HIM

44 7 0
                                    

ANNA dan Alan sedang berada disalah satu supermarket kota, perintah sang ibu yang tak mungkin bisa dibantah adalah alasan kenapa mereka sekarang ada ditempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ANNA dan Alan sedang berada disalah satu supermarket kota, perintah sang ibu yang tak mungkin bisa dibantah adalah alasan kenapa mereka sekarang ada ditempat ini.

"Kenapa harus sama Anna? Fanny kan ada dirumah. Kenapa gak sama Fanny aja?" tanya Anna sepanjang jalan. Alan mengacuhkannya.

"Dek, kamu ambil minyak goreng sama bumbu dapur. Abang ke bagian sabun."

Anna mengangguk, "Abang pasti gak bisa bedain mana jahe mana kunyit. Payah.." gerutunya.

Alan sudah melenggang ke bagian sabun. Ia menatap catatan yang dibawanya, lalu mulai memilih barang yang dibutuhkan. Saat kemudian ada dua orang gadis melewatinya sambil mengobrol.

"Lo yakin masuk Antariksa lagi? Katanya dia juga pindah kesana. Dan Jangan bilang tujuan lo buat--"

"Ya! Gue pengen balik sama sahabat gue-eh atau bisa disebut mantan terindah gue? Lagian dia udah gak penting lagi, Aslan udah gak guna buat gue. Mending balik ke Antariksa lagi.." ujarnya sambil terkekeh.

Alan melirik mereka, lalu matanya membelalak kala sadar kalau ia sangat mengenal salah satu dari dua gadis itu.

Deg.
Ujian apalagi ini. Alan lantas menunduk, menyembunyikan wajahnya lalu bergegas menyusul Anna ke bagian bumbu dapur.

Dilihatnya sang adik yang tengah memilih bumbu-bumbu dalam kemasan botol yang berjajar.

"Udah belum?" tanyanya tak sabar.

Anna tersentak kaget, kakaknya tiba-tiba muncul didepan matanya. "Belum, ini lagi milih merica. Emang ken-eh eh! Abang itu mericanya belom kebawaaaaa!!"

"Gapapa, ayo pulang sekarang! Cepet!"

Alan menggusur-tidak, Alan menarik tangan adiknya. Ia berjalan tergesa ke arah kasir. Anna beberapa kali menghela nafas kasar, ada apa dengan kakaknya itu.

Setelah selesai membayar, Alan kembali menarik Anna menuju parkiran. "Cepetan masuk!"

Anna nurut, setelah memasang sabuk pengaman dan Alan menyalakan mesin, barulah Anna bertanya.

"Abang kenapa sih? Aneh banget."

Alan diam tak menjawab, membuat Anna berdecak kesal. Tak lama ponselnya bergetar, ada telepon masuk.

"Halo, Bal? Apaan?"

Alan menoleh sebentar, lalu kembali fokus menyetir.

"Ke markas? Ngapain?"

"Kita perlu latihan lagi buat mantepin strategi. Sama katanya si Sandi punya strategi baru buat cadangan. Mendingan lo sini sekarang buruan! Si Raihan udah liatin gue mulu, Na. Plis lah.."

"Oke." tut.

"Barusan yang nelpon si Iqbal ya, dek?" tanya Alan tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalan.

ANNA dan IQBALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang