Ada baiknya untuk mengapresiasi karya penulis terlebih dahulu dengan cara vote ya kakak-kakak sekalian ❤️
Aku update kalo votenya udah sesuai sama target aku ya ✌🏻
.....
Acara piknik bersama keluarga yang Ara usulkan sangat membuat istri dan juga anaknya bahagia. Hingga tidak terasa terik matahari sudah begitu menyengat kulit mereka kala duduk di bawah rindangnya pohon yang ada di taman itu. Ara pun memutuskan untuk mengajak keluarga kecilnya itu pulang karena memang matahari kala itu sudah sangat panas dan menurutnya tidak baik untuk kulit anaknya.
"Udah kenyang kan? Pulang yuk," ajak Ara sambil berdiri.
Ketiga bidadarinya pun mengangguk dan ikut berdiri dari tempat yang mereka duduki sedari tadi. Selepas merapikan semua barang yang mereka gunakan akhirnya mereka berjalan ke arah tempat parkir dimana mobil mereka terparkir. Ara membukakan pintu untuk buah hatinya dan mendudukan mereka pada car seat di bagian belakang dan menutup pintu mobilnya. Setelahnya Ara membukakan pintu mobil untuk istri tercintanya dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya. Ara mengetuk kaca mobil yang sudah ditutupnya dan Chika pun menurunkan kaca mobil itu.
"Kenapa?" tanya Chika pada Ara.
"Kebelet, aku ke kamar mandi dulu ya sebentar," ucap Ara pada Chika yang dibalas anggukan dan kekehan kecil dari Chika.
Ara pun langsung bergegas menuju kamar mandi yang ada pada taman itu dengan sedikit berlari. Setelah selesai menyelesaikan panggilan alamnya Ara langsung kembali ke tempat parkir dan tak lupa juga dengan sedikit berlari karena tidak ingin membuat ketiga bidadarinya menunggu terlalu lama. Namun karena sibuk membenarkan celananya sambil berlari Ara tidak menyadari ada orang di depannya dan secara tidak sengaja Ara menabrak orang tersebut hingga terjatuh. Dengan sigap Ara membantu orang yang ditabraknya.
"Ah maaf yaa, saya ga lihat jalan jadi na-" ucapan Ara terhenti saat melihat siapa orang yang ditabraknya.
"Araa?" ucap orang yang ditabrak Ara.
Ara yang awalnya ingin membantu orang yang ditabraknya langsung mengurungkan niatnya. Persetanan dengan sopan santun, karena memang Ara sungguh tidak sudi untuk membantu orang itu meskipun saat ini memang dirinyalah yang salah. Dengan cepat Ara berjalan ke arah tempat parkir tanpa menolong orang itu sedikitpun. Setelahnya Ara berusaha menenangkan dirinya agar tidak kehilangan kesadaran dirinya. Saat ini tangan Ara begitu dingin dan bergetar hebat.
"Oh shit.. here we go again," ucap Ara dalam hati.
Dengan sekuat tenaga Ara menenangkan dirinya dan untungnya berhasil dia lakukan. Ara merasa tidak perlu menceritakan hal ini pada istrinya karena memang pertemuannya dengan orang itu hanya sebuah kebetulan dan dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan pernah bertemu dengan orang itu lagi. Setelahnya sampai dan masuk dalam mobilnya Ara langsung melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Dalam perjalan pun Ara diam dan sedikit membuat Chika bertanya-tanya apa yang sudah terjadi dengan Ara.
Sesampainya di halaman rumah, mereka menggendong anak mereka karena Key dan Kay memang sudah tertidur sedari tadi. Diletakannya mereka pada kamar dan Ara pun dengan cepat pergi keluar kamar anaknya diikuti dengan Chika dibelakangnya. Di dalam kamar, Ara segera mengganti bajunya dan langsung pergi ke dalam ruang kerjanya tanpa berbicara sedikit pun. Chika yang merasa ada yang aneh dengan istrinya pun langsung berinisiatif membuatkan teh hangat dan diantarkannya ke dalam ruang kerja Ara.
"Sayang ini minum dulu," ucap Chika sambil meletakkan teh hangat pada meja kerja Ara.
Chika memegang bahu Ara dan sedikit mengelusnya karena memang hatinya merasa ada yang berbeda dari Ara saat ini. Ara yang mendapatkan sentuhan dari Chika hanya terdiam dan tak berbicara sama sekali, bahkan senyum pun tak ada.
"Sayang kenapa?" tanya Chika lembut pada istrinya dan tidak dijawab oleh istrinya.
"Aku tau kamu lagi nyembunyiin sesuatu dari aku, kalo emang belum mau cerita gapapa aku gabakal maksa kamu. Nanti kalo udah siap, cerita yaa? Aku tinggal ya kalo gitu, kamu lagi butuh waktu sendiri kan?" ucap Chika sembari menepuk pelan bahu Ara dan berjalan ke arah pintu untuk keluar.
Perasaan Ara yang bercampur aduk dan gundah pun akhirnya memtuskan dirinya untuk menurunkan egonya. Otaknya yang menyuruh dia untuk menyembunyikan kejadian yang tadi terjadi padanya pun kalah dengan hatinya yang menyuruhnya untuk memberitahu Chika akan semua hal. Hatinya berkata untuk tidak perlu menyembunyikan sesuatu pada istrinya, karena dia tidak ingin kejadian beberapa tahun lalu yang membuatnya hampir kehilangan Chika terjadi lagi.
Dengan cepat Ara berdiri dan mengejar istrinya yang hampir keluar dari ruang kerjanya. Saat berhasil mengejar istrinya sedetik kemudian Ara langsung memeluk istrinya dari belakang dengan erat dan hal itu membuat Chika terlonjak kaget dibuatnya. Ara semakin mengeratkan pelukannya dan meletakkan dagunya pada bahu Chika. Semakin dimasukan wajahnya pada ceruk leher Chika sambil sesekali mencium aroma dari istrinya yang begitu menenangkan baginya. Chika yang masih terkejut dengan pelukan Ara yang tiba-tiba langsung mengelus punggung tangan Ara yang melingkar di perutnya.
"Sayang?" tanya Chika.
"Bentar, sebetar aja yaa biar aku gini sebentar," ucap Ara yang di jawab anggukan oleh Chika.
Setelah beberapa saat Ara memeluk Chika, Ara perlahan melonggarkan pelukannya tetapi tidak melepaskannya dan tetap memeluk tubuh istrinya.
"Sayang," panggil Ara dengan suara yang begitu pelan tetapi masih dapat didengar oleh Chika.
"Hm? Udah mau cerita?"
"Dia udah balik," ucap Ara singkat padat dan jelas.
"Hm?" deham Chika lagi karena masih belum paham dengan apa yang Ara katakan.
"Karin, dia udah balik ke indo," ucap Ara dengan lirih seperti hampir menangis.
Mendengar hal itu Chika terdiam cukup lama hingga dirinya merasakan bahunya kini mulai basah dan juga dia merasakan getaran pada tubuh Ara yang memeluknya. Dengan cepat Chika melepaskan pelukannya dan membalikkan badannya untuk melihat keaadan Ara saat ini. Benar saja jika saat ini Ara sudah menangis dan tubuhnya bergetar begitu hebat yang membuat Chika merasa begitu sakit melihatnya.
Luka itu, luka yang pernah mereka alami kala remaja kini kembali. Ntah akan kembali memberikan luka pada mereka atau hanya akan berlalu begitu saja. Namun untuk Ara luka itu bukan hanya sebatas luka biasa, luka itu adalah luka terbesar dalam hidupnya. Hampir kehilangan orang yang begitu dia cintai sangat membuatnya begitu terpuruk dalam kesedihan. Ntah sudah hampir berapa kali dirinya kehilangan nyawa karena kesalahan yang dahulu pernah dilakukannya. Mengingatnya saja sudah tidak sudi bagi Ara, tetapi kini luka itu harus kembali dan bertemu dengannya. Lucu sekali semesta saat mengajaknya bercanda, hingga membuat luka yang sudah hampir tertutup itu kembali terbuka dan kembali diingatnya.
"Aku takut," ucap Ara lirih karena air matanya sudah tidak bisa lagi dia tahan.
"Sayang liat aku, tatap aku," perintah Chika sambil menangkup wajah Ara dan langsung diikuti oleh Ara.
"Aku percaya sama kamu, aku yakin kamu gaakan menghianati aku. Kita sekarang udah dewasa sayang, aku gaakan bertindak kaya dulu lagi, sekarang aku akan dengerin penjelasan kamu. Aku gabakal ninggalin kamu, sebelum kamu jelasin semuanya. Jadi jangan takut yaa," ucap Chika menenagkan Ara.
Ara pun hanya diam dan mengangguk sembari memeluk tubuh istrinya dengan kencang. Masuk ke dalam dekapan Chika adalah obat yang sangat manjur untuknya, semua rasa takut yang menghantui dirinya seketika musnah dan tergantikan oleh hangatnya tangan Chika saat menepuk-nepuk punggungnya. Jika kehidupan selanjutnya memang nyata, mungkin dia akan terus memohon kepada tuhan untuk disatukan kembali dengan Chika di kehidupan selanjutnya.
~~~
Selamat membaca ya ✌🏻
Jangan lupa vote sama komennya
2ken.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Milikku 2 [END]
Teen FictionKehidupan memang tidak pernah bisa ditebak, bahkan takdir tidak akan pernah bisa diubah. Namun aku akan terus berusaha dan berdoa, agar takdirku selamanya berada disisimu. Mencintaimu bukanlah sebuah keharusan, melainkan suatu kewajiban yang harus s...