4. Tidak Direncana

1.8K 185 1
                                    

Happy Reading,
Jangan lupa Follow, Vote, Komen.

Sedari awal aku sadar dia memang tokoh antagonis di cerita ini, tapi kehidupan yang memaksanya mengambil peran itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedari awal aku sadar dia memang tokoh antagonis di cerita ini, tapi kehidupan yang memaksanya mengambil peran itu.

-Capella Auriga Wiryawan

~~~

"Bantuan apa?" tanya Carina.

"Bantuin Aku....."

- - -

Selama seminggu ini Capella di rumah sakit selalu saja ditemani kedua kakak Misora, mereka terus saja masuk setiap dokter memeriksa dirinya. Beberapa kali Carina juga mengunjunginya, hanya untuk berbincang kecil tentang Misora.

Kemarin dokter bilang bahwa hari ini dirinya sudah diperbolehkan pulang. Jadilah saat ini ia sudah berada di dalam mobil, ia berani menjamin bahwa keluarga Misora tidak kalah kaya dengan dirinya karena mobil yang kini ia tumpangi saja dijual dengan harga yang tidak main-main. Jangan tanyakan kondisi mobil saat ini sepi, senyap, sebelas dua belas dengan kuburan.

Laju mobil pun berhenti, ternyata mereka sudah berada di depan sebuah rumah mewah, bukan rumah lagi ini bisa disebut dengan mansion. Capella memandang takjub bangunan di hadapannya ini. Papa dan Mama yang sudah bekerja keras siang dan malam saja tidak bisa membeli mansion seperti ini.

Mansion bergaya classic dengan sedikit sentuhan modern. Wajar sebenarnya mansion ini hanya diberi sedikit sentuhan modern, karena hanya direnovasi agar tetap sama tidak ada yang ingin dirubah semenjak kematian Nyonya mansion yaitu Ibu Misora.

"Turun" kata Leo dengan tidak berperasaan, ia malah turun sendiri tanpa membantu Capella sedikitpun. Jika di rumah sakit ia berjalan dibantu oleh perawat, lalu sekarang siapa yang akan membantunya?

Pintu mobilnya terbuka. Terlihat seorang wanita paruh baya tersenyum kepadanya. Capella hanya melihat wanita itu bingung. Siapa? Pertanyaan itu yang langsung hinggap di kepalanya.

"Mari Saya bantu ke kamar Non" kata wanita paruh baya itu. Sementara Capella hanya menganggukkan kepalanya saja.

Capella berjalan perlahan dibantu oleh wanita paruh baya tersebut, yang Capella duga salah satu pembantu di mansion ini. Langkah kaki Capella hanya mengikuti wanita patuh baya tersebut saja, karena sejujurnya ia tidak tau letak kamar Misora di mansion ini. Mansion ini tidak dijelaskan secara detail oleh si penulis.

Sepanjang perjalan ia bertemu beberapa pembantu, anehnya para pembantu itu sama sekali tidak tersenyum kepadanya. Malah menganggapnya tidak ada.

"Bi Tuti mau-maunya membantu sampah seperti dia" sebuah suara lirih masuk ke dalam telinga Capella. Capella melihat dua orang pembantu menatapnya tajam.

Wanita paruh baya di samping Capella menatap tajam ke arah dua pembantu tersebut. Tidak lama kemudian kedua pembantu itu langsung pergi berpencar entah kemana.

ORENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang