Happy Reading,
Jangan lupa Follow, Vote, Komen.Tanpa ku sadari rasa takut kehilangan itu lebih besar dari pada rasa benciku kepadamu.
-Leoardo Keegan Nixon
~~~
Mereka makan dengan hening, Capella sendiri sangat lahap memakan makanannya hingga terlihat seperti orang yang tidak pernah makan.
Uhuk...Uhuk...
Capella terbatuk cukup parah, wajahnya memerah menahan sesak. Leo yang melihatnya langsung menyodorkan minuman ke arah adik bungsunya, tiba-tiba ia reflek tanpa bisa dicegah. Sementara Capella langsung meminumnya air itu hingga tandas. Bukannya membaik batuknya malah semakin parah.
Leon melihat kondisi sang adik bertambah parah, malah kalap. Wajahnya berubah panik ia bangkit dari kursi menghampiri Capella mengambil air miliknya, menyuruh Capella meminum airnya. Leo pun juga tidak ketinggalan, ia bangkit dari kursi. Sementara sang Ayah memandang adegan itu dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang adegan puluhan tahun lalu terjadi.
Setelah tersadar dari lamunannya, Nicholas selaku ayah tiga anak itu bangkit dari duduknya. Menggendong Capella, berteriak memanggil supir.
Mereka ke arah garasi masuk ke dalam mobil dan meminta supir melajukan mobil dengan cepat.
"Cepetan bego, keburu mati!" teriak Leo keras. Entah mengapa Leo dan Leon juga ikut mengantar Capella pergi ke rumah sakit.
Sementara itu Capella merasakan dada semakin sesak, matanya memberat seluruh tubuhnya sakit terutama di sisi kanan dan kiri bawah tulang rusuk bagian belakang. Entah mengapa terasa sangat sakit. Perlahan-lahan semua mengabur dari pandangannya dan gelap.
"Jangan tutup matamu! Bangun! Bangun!" teriak Nicholas panik melihat mata sang anak tertutup. Beberapa tahun lalu ini pernah terjadi. Wajah Leo sudah berubah pucat begitu juga dengan Leon. Badan mereka terasa melemas seketika.
Mereka telah sampai di rumah sakit. Ketiganya langsung masuk sambil berteriak-teriak membuat keributan di rumah sakit.
"Woi ini bantuin!" teriak Leo.
"Mana dokternya?!!" teriak Leon.
"Kalian semua mau dipecat?!!" teriak hh.
Para petugas medis cepat mendekat kemudian membawa Capella ke ruang UGD untuk diberi penanganan. Para keluargapun diminta untuk menunggu di luar. Seorang dokter pria masuk ke ruang UGD itu dengan tergesa-gesa, menimbulkan tanda tanya besar bagi ketiga anggota keluarga Capella, pasalnya sudah ada dokter lain yang menangi Capella.
"Bukannya itu dokter yang ngerawat Capella waktu koma ya?" gumam Leon lirih. Dibalas anggukan oleh Leo.
"Kenapa Gue cemas gini?" tanya Leo kepada dirinya sendiri yang menarik perhatian dua pria lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORENDA
Fantasy(JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA. SETELAH BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SARAN) Bagaimana jadinya jika seorang gadis cupu masuk ke dalam tubuh si antagonis? Apakah ia akan tetap menjadi si tertindas atau malah berubah menjadi si penindas. Hal in...