Happy Reading,
Jangan lupa Follow, Vote, Komen.Orang memang hanya bisa menyalahkan, tanpa mencoba mencari tau yang sebenarnya. Dan itulah yang Aku lakukan kepadanya.
-Nicholas Nixon
~~~
Capella membuka matanya pelan, wangi kamar Misora langsung menusuk ke hidungnya. Napasnya sedikit terengah saat mengingat hal itu.
Semuanya nyata ia mengingat sebagian ingatan milik Misora, bahkan jawaban dari misteri novel ini sendiri. Banyak kejadian yang tidak ditulis dalam novel itu, dan dia mengetahuinya sekarang. Air matanya lolos begitu saja, hal itu menarik perhatian dua lelaki beda genarasi yang berada di dalam kamar. Mereka langsung menghampiri Capella.
"Apa ada yang sakit?"
"Ada yang sakit?" Tanya kedua lelaki beda generasi tersebut.Bukannya menjawab Capella malah bertambah menangis. Air matanya tidak bisa diajak kompromi kali ini, padahal saat ini ia tidak ingin terlihat lemah.
"Cepat panggilkan dokter!" perintah Nicholas kepada Leon. Yah dua lelaki beda generasi itu adalah Nicholas dan Leon, sementara Leo gengsinya masih terlalu tinggi untuk berada di sini.
"Jangan!" kata Capella sambil menahan tangan Leon. Ayah dan anak itu memandang Capella dengan tatapan khawatir. Capella mulai bisa mengendalikan air matanya.
"Aku tidak apa-apa" kata Capella. Dirinya berusaha bangkit dari tidurnya, tetapi sangat sulit. Untung saja Leon kakak yang peka sehingga dengan cepat membantunya.
"Mengapa Daddy dan Kakak berada di sini?" tanya Capella bingung. Seingatnya hanya Bi Tuti memberinya obat dan ia terlelap tidur sambil menahan sakit yang ia rasakan.
"Kami khawatir padamu" jawab Nicholas mantap. Leon dan Capella melotot tidak percaya, jika Leon ada sedikit rasa kesal karena ayahnya terlalu lancang mengucapkan kata 'kami' yang secara tidak langsung ikut membawa dirinya.
"Apa?" tanya Capella, dengan wajah sedikit kaget.
"Ah... Sepertinya Aku salah dengar tadi" kata Capella lirih dengan wajah menyendu.
"Tidak Misora, Kau tidak salah dengar. Maafkan kami, untuk kesalahan yang kami buat selama ini" kata Leon.
Sekarang sebaliknya Nicholas kesal karena ternyata si sulung mencuri startnya. Mereka sudah berbicara sebelumnya dan ya ini keputusan mereka berdua untuk berubah, tidak peduli dengan Leo mau menerima keputusan ini atau tidak.
"Apa ini nyata?" tanya Capella, sambil mengedip-ngedipkan matanya lucu. Sungguh imut walaupun matanya masih memerah dan ada beberapa jejak air mata yang tertinggal di wajahnya.
"Ini nyata. Apakah Kau tidak senang? Apa kami terlambat Misora?" tanya Nicholas beruntun, nada terakhir terdengan sendu.
"Ti-tidak Aku hanya merasa ini seperti mimpi. Terimakasih Daddy, Kak Leon karena menerimaku, tapi bisa panggil Aku Capella saja. Aku ingin dipanggil dengan nama itu" minta Capella.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORENDA
Fantasy(JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA. SETELAH BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SARAN) Bagaimana jadinya jika seorang gadis cupu masuk ke dalam tubuh si antagonis? Apakah ia akan tetap menjadi si tertindas atau malah berubah menjadi si penindas. Hal in...