Entah apa yang dapat menggambarkan perasaan Hinata saat ini, senang, gugup, cemas, atau bersyukur. Tadi ketika Toneri dan Naruto berpamitan pulang, tiba-tiba saja perutnya berbunyi meminta diisi. Ia sangatlah lupa jika ia sudah melewatkan sarapan karena terlalu asik menonton film. Jadilah ia berada di sini. Sebuah mansion megah yang hanya di isi oleh 3 orang dan beberapa maid. Iya, Naruto memaksanya ikut bersama ke rumahnya untuk makan bersama, pria itu tidak tega jika Hinata harus belanja terlebih dahulu pun memesan makanan online yang akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Sedangkan Toneri, pria itu memutuskan pulang terlebih dahulu karena desakkan orang tuanya yang mengingatkannya untuk pergi les.
Mereka sekarang berkumpul di ruang tamu, setelah selesai makan bersama. Kecuali Naruto, pria itu sedang membersihkan diri di kamarnya. "Anggap saja rumah sendiri Hinata." Kushina Tersenyum ramah, sedangkan Hinata tersipu sekaligus kikuk di waktu yang bersamaan. "Iya tante."
"Kau pacar Naruto?" Tanya Kushina tanpa basa-basi. Wanita paruh baya tersebut sudah sangat penasaran. Baru tadi pagi ia menyuruh Naruto membawakan seorang menantu untuknya dan siangnya anak semata wayangnya itu mengabulkannya dengan membawa seorang gadis cantik yang sangat sesuai dengan kriterianya. Gadis cantik, ramah, sederhana, itulah yang Kushina lihat dari Hinata pertama kali.
Minato hanya bisa menggeleng melihat tingkah istrinya yang kelewat percaya diri. Bukannya Minato tidak senang, hanya saja ini terlalu mendadak. Bahkan Naruto tidak terlihat sedang dekat dengan seseorang. Apa putranya tersebut menyewa seorang gadis untuk dijadikan pacar di hadapan mereka? Ah tidak mungkin, Naruto bukanlah anak yang selalu mengambil jalan pintas demi menyenangkan orang yang disayang.
Hinata menggeleng kencang dengan wajah yang merah padam. Ia terkejut sekaligus malu. "Bukan tante. Aku hanya temannya di sekolah."
"Ayolah jangan menyembunyikannya. Kalau temannya untuk apa Naruto membawamu ke rumah seorang diri?" Kushina terus mendesak berharap apa yang di pikirkannya adalah kebenaran.
Namun sayang, semuanya di tampik oleh Naruto yang baru saja menuruni tangga menuju ruang tamu dimana mereka berkumpul. "Sudahlah bu, jangan memaksakan kehendak. Hinata berbicara apa adanya. Kita hanya teman di sekolah."
Kushina mencebik kesal, Naruto hanya menggeleng. "Sudah ku bilang kan tadi, jika dia seorang diri di rumahnya jadi aku membawanya kesini untuk makan bersama. Lagi pula rumahnya tidak jauh dari sini. Di persimpangan depan sana." Terang Naruto.
"Kenapa kalian tidak pacaran saja?" Ucapan Kushina membuat Hinata tersedak minumannya. Jika bisa ia pun sangat menginginkannya.
Kushina menepuk-nepuk punggung Hinata perlahan, "Kau baik-baik saja sayang?" dan Hinata hanya mengangguk.
"Sudah lah Kushina jangan memaksakan kehendakmu. Biar mereka yang putuskan akan bagaimana ke depannya. Kita hanya orang tua yang hanya bisa memantaunya."
"Benar kata ayah bu. Lagi pula ibu sudah membuat Hinata tidak nyaman." Naruto melirik ke arah Hinata yang menunduk.
"Benarkah kau tidak nyaman Hinata?" Tanya Kushina langsung.
"Eh tidak tante."
"Kalau begitu panggil aku ibu seperti yang Naruto lakukan." Naruto dan Minato menepuk jidatnya, sedangkan Hinata merasa bingung.
Hinata menarik nafas dalam, "I-ibu...." Ucapnya dengan ragu namun mampu membuat Kushina memekik kegirangan. Wanita paruh baya tersebut langsung memeluk Hinata kencang. "Yeay aku punya anak perempuan." Hinata tersenyum kikuk, sementara kedua pria di sana tersenyum sembari menggeleng. Biarlah yang penting wanita satu-satunya yang berada di rumah mereka bahagia.
...
"Maafkan ibuku ya!" Ucap Naruto kentara merasa sungkan dengan sikap ibunya.
"Eh tidak apa, aku senang. Ibumu orang yang menyenangkan. Aku juga senang karena merasa memiliki seorang ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes ✔
FanfictionGara-gara sebuah boom 'like' yang Naruto lakukan, dia semakin dekat dengan seorang gadis. Semakin lama berinteraksi dengan gadis online-nya semakin dalam pula rasa yang ia miliki. Naruto jatuh cinta pada teman online-nya tanpa tahu rupa gadis terseb...