Ujian telah usai, waktunya para murid mendapatkan hasil nilai atas kerja keras selama 6 bulan. Para orang tua sudah siap di kelas putra-putri mereka, menunggu wali kelas memberikan selembar kertas berisikan nilai semua mata pelajaran. Jika ada muris yang mendapatkan nilai dibawah rata-rata, maka wali murid akan langsung berkonsultasi dengan wali kelas. Dan mereka akan diberikan bimbingan belajar ekstra di semester depan. Setelah pembagian nilai rapor selesai, mereka diperbolehkan pulang.
Hiashi membelai rambut Hinata dengan sesekali terkekeh dengan kelakuan anaknya yang manja. Putri kecilnya tersebut memeluk ayahnya erat, ia rindu pada sang ayah yang sudah beberapa bulan tak bertemu.
"Kenapa ayah langsung pulang? Aku 'kan masih rindu."
"Kalau bisa ayah juga ingin berlama-lama di sini, tapi kau tahu sendiri 'kan pekerjaan ayah tidak ada yang handle."
"Ya.. dan berakhir para karyawan tidak dapat makan," sarkas Hinata.
"Anak ayah ini kenapa jadi pandai menyindir ya!?" Hiashi terkekeh pelan, ia melerai pelukannya, menatap Hinata dengan teduh. "Nanti kalau Kou selesai cuti, ayah janji akan meluangkan waktu. Lagipula nanti liburan kau pulang 'kan?"
"Ya sudah, nanti kalau aku pulang, aku harap ayah menepati janji."
"Ayah janji. Kau juga jaga diri di sini, nanti ayah akan minta supir untuk menjemputmu ke sini."
"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri. Aku 'kan sudah besar yah. Nanti setelah hari ketiga aku langsung pulang pagi-pagi sekali."
"Ayah bangga padamu. Kau semakin mandiri. Tidak hanya itu, kau juga semakin pintar. Kau bahkan dapat masuk peringkat 3 besar." Hiashi mengusap rambut Hinata "Terimakasih sudah bekerja keras."
"Eemm.. berkat temanku yang mengajarkanku." Hinata tersipu malu dan itu terlihat jelas di mata Hiashi.
"Oh ya? Sepertinya ayah harus berterimakasih padanya. Dia pasti kesulitan mengajarkan anak ayah yang pemalas ini."
"Bukan pemalas yah, cuma mager."
"Sama saja Hinata. Jadi pria mana yang sudah bersabar itu?"
"Eh? Kenapa ayah tau jika dia pria?"
"Terlihat jelas di wajah merahmu."
"Ayaaahhh....." Hanya rengekan yang bisa Hinata utarakan dan Hiashi hanya terkekeh kecil.
.
Setelah mengantar sang ayah ke parkiran, Hinata bermaksud kembali menuju kelasnya untuk menemui Shion. Rencananya mereka akan berjalan-jalan dahulu sebelum pulang ke rumah. Membeli beberapa pernak-pernik, dan juga makan siang bersama. Mereka akan memanfaatkan waktu bersama sebelum pembagian kelas 3 di mulai. Hanya berjaga-jaga jika nanti mereka sulit bertemu karena kelas yang terpisah.
Baru melangkahkan kaki tak jauh dari tempat parkir, langkah Hinata terhenti ketika samar-samar telinganya mendengar seorang ibu yang memarahi anaknya. Kenapa sang ibu begitu tega memarahi anaknya di tempat umum seperti ini? Walau pun parkiran sepi, tapi tidak menutup kemungkinan jika akan ada yang mendengar pembicaraan mereka-- seperti dirinya sekarang ini.
Hinata mengintip di balik pilar, ia tersentak ketika melihat orang yang begitu ia kenal lah yang sedang mendapat masalah. Matanya membola dengan tangan yang menutupi mulutnya ketika melihat adegan kasar tersebut. Tanpa buang waktu, ia segera berlari ke arah keduanya berada.
.
.Kushina bersama Naruto di luar kelas putranya setelah mendapatkan hasil jerih payah sang putra. Di sana tidak hanya ada Naruto dan sang ibu, namun ada pula beberapa temannya bersama orang tua mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes ✔
FanfictionGara-gara sebuah boom 'like' yang Naruto lakukan, dia semakin dekat dengan seorang gadis. Semakin lama berinteraksi dengan gadis online-nya semakin dalam pula rasa yang ia miliki. Naruto jatuh cinta pada teman online-nya tanpa tahu rupa gadis terseb...