Hari ini Hinata pulang ke rumahnya bersama Shion karena mereka harus mengerjakan tugas kelompok. Untung saja kerja paruh waktunya sedang jadwal libur, jadi ia bisa leluasa mengerjakan tugasnya. Sekarang Shion berada di kamar Hinata, menatap heran tumpukkan kotak yang berada di sudut ruangan tersebut. "Hinata, itu semua kotak yang selalu ada di lokermu setiap hari?"
Hinata yang sedang berganti pakaian di balik pintu lemari menoleh ke arah Shion dengan wajah frustasi. Embusan nafas mengudara, "Ya. Aku bingung. Harus ku apakan ya?"
"Kau tidak membukanya sama sekali?"
Hinata menggeleng lambat, "Aku tidak berani."
Shion memutar bola matanya malas. "Ya ampun... Masa membuka kotak saja kamu ga berani sih?" Sejurus kemudian Shion berjalan menuju tumpukan kotak tersebut, "Biar aku saja yang buka kan." Shion mengambil satu kotak, lalu menoleh ke arah Hinata, "Kau tidak keberatan kan?"
Hinata yang sudah selesai berganti pakaian langsung menghampiri Shion. "Justru aku bersyukur untuk hal itu." Lalu ia berjongkok di samping Shion. "Sebenarnya aku takut kalau isinya hal yang mengerikan. Makanya tidak aku buka satu pun. Bahkan aku tambah takut ketika orang itu mengirim kotak ini tadi pagi ke rumah." Ucap Hinata sembari memperlihatkan kotak kecil pada Shion.
Mata Shion membola dengan mulut menganga. "Kau serius Hinata?"
Hinata mengerucutkan bibirnya, "Kamu kira hal seperti ini bisa dibuat lelucon?" Dan Shion menggeleng.
"Tadinya aku merasa iri padamu, tapi kalau jadinya seperti ini aku merasa kasihan padamu. Walaupun orang itu tidak berbuat macam-macam sampai sejauh ini, tapi aku takut jika nanti orang itu bisa bertindak di luar nalar kita."
"Jangan menakutiku!"
"Aku tidak menakuti. Nyatanya di luar sana banyak penguntit yang berakhir dengan tindak kekerasan kepada orang yang diincarnya."
"Jadi aku harus bagaimana?"
"Nanti kita pikirkan setelah melihat isi kotaknya." Hinata mengangguk setuju dan Shion segera membuka satu kotak yang berukuran paling besar diantara yang lainnya.
Kotak tersebut sudah terbuka dan mereka berdua menganga melihatnya. Bagaimana tidak, isinya tas slingbag dengan merk terkenal yang mereka tahu harganya sangat fantastis. "Aku yakin orang ini orang kaya. Kau lihat ini chanel Hinata." Seru Shion dengan menggebu.
Hinata semakin berkecil hati. Kalau dia tahu orangnya, pasti dia akan merasa sangat tidak enak kepada orang tersebut. Ia tidak mau menerimanya karena jika menerimanya ia harus menerima hati orang tersebut. Pun untuk mengembalikannya ia tidak bisa karena tidak tahu siapa si pengirimnya.
"Coba kau buka kotak kecil itu!" Ujar Shion dan Hinata mematuhinya. Membuka kotak tersebut dengan hati-hati hingga kotak tersebut terbuka sempurna. Ia memperlihatkannya kepada Shion dengan wajah tak kalah terkejut. "Jam tangan. Hermes." Walaupun jam tangan tersebut di design dengan sederhana, tapi sudah pasti harganya tidak murah.
Shion mengibas-ngibas tangannya di wajah. "Wah... Ini gila. Sekaya apa pria itu sampai setiap hari mengirimkan barang yang mahal begini?" Shion menggeleng tak habis pikir.
"Jadi bagaimana? Ingin ku kembalikan, tapi pada siapa?"
"Ya sudah, kau pakai saja. Lagi pula dia memberi ini untukmu kan?"
"Tidak bisa. Kalau orangnya tahu, pasti dia pikir aku membalas cintanya."
"Kau benar juga....." Shion tampak berpikir, lalu mengangkat tas yang tadi ia buka dari kotak, "Ya sudah ini aku saja yang pakai. Jadi orang itu tidak akan tahu. Sayang kan kalau hanya di simpan di dalam kotak." Dan ucapan Shion mendapat jawaban berupa toyoran di kepala pirangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes ✔
FanfikceGara-gara sebuah boom 'like' yang Naruto lakukan, dia semakin dekat dengan seorang gadis. Semakin lama berinteraksi dengan gadis online-nya semakin dalam pula rasa yang ia miliki. Naruto jatuh cinta pada teman online-nya tanpa tahu rupa gadis terseb...