Bab 26 -Lunch

795 157 103
                                    

Toneri berusaha terus tersenyum meski tak dipungkiri hatinya terasa tak karuan. Mencoba menjadi mak comblang untuk sang mantan gebetan dengan gebetannya nyatanya tak semudah yang diucapkan. Sempat terlintas dipikiran, apa ini benar? Menyatukan mereka atau memperjuangkan kembali cintanya?

Angel said : Asal dia bahagia, kamu juga bahagia.

Devil said : Mana bisa kamu bahagia tanpanya?

Angel said : Kamu bisa, karena kamu tulus mencintainya!

Devil said : Jangan naif, kau tidak akan bahagia jika melihatnya bersama orang lain. Jadi ayo kita hancurkan rencana ini!

Angel said : Jangan! kalau seperti itu Hinata akan bersedih.

Devil said : Kau bisa menghiburnya, jauhkan Naruto dari Hinata dan Hinata akan jadi milikmu.

Angels said : Tidak , dia akan kecewa nanti.

Devil said : Bagaimana pun keadaannya, kau harus memilikinya.

Toneri menggeleng kencang, ia pun berteriak. "Pergi sana! Hush... hush... hush..."

Naruto terperanjat, kaget ketika Toneri bukannya menjawab pertanyaannya, tapi menyuruhnya pergi.

"Bukankah tadi kau yang meminta untuk bertemu? Lalu kenapa aku di minta pergi?",

Toneri tertawa sumbang, ia mengibaskan tangannya. Mengusap-usap tengkuknya, ia bingung untuk memberikan alasan apa?

"Eeumm.. maksudku ayo kita pergi. Ha ha ha... iya maksudku itu."

Naruto mengernyit bingung, "Tapi aku bertanya, kau ingin berbicara apa?"

"Ah itu ya!?" Toneri berdehem sejenak, "Begini ... sebenarnya kami ingin mengajakmu makan siang bersama di taman."

"Kau dan Shion?"

Toneri mengangguk, lalu menggeleng membuat Naruto tambah bingung. "Maksudku ... aku, Shion, dan Hinata. Hinata memasak bekal banyak jadi dia butuh teman untuk makan. Ya... begitu maksudku."

"Hinata memasak bekal?" Toneri mengangguk pasti, Naruto segera merangkul Toneri dengan senyum mengembang. "Let's gooo...!" Naruto berseru sembari menarik Toneri untuk berjalan.

"Naruto?" Naruto menoleh ke arah Toneri dengan masih tersenyum dan Toneri menunjuk ke arah berlawanan, "Kita salah arah, harusnya ke sana. Hinata di taman belakang."

"Kenapa gak bilang dari tadi?"

"Kau tidak bertanya."

....

Sementara di kantin, napas Shion dan Saara sudah ngos-ngosan. Rasanya begitu lelah hanya karena beradu argumen yang tak penting. Kiba memberikan minum kepada Shion dan Shion dengan senang hati menerimanya. Saara celingak-celinguk, ia mencari entitas si pria pirang yang tadi berada disampingnya.

"Loh Naruto kemana?"

Shion menyeringai, "Sepertinya Naruto muak denganmu."

Wajah Saara merah sempurna, ia segera beranjak dari duduknya. "Awas kau Shion!"

"Apa? Kenapa? Kau menyalahkanku?"

"Aarrgghhh... Aku kesal dengan kalian semua." Sejurus kemudian Saara pergi dari hadapan mereka dengan wajah tertekuk.

"Eh?" Semua orang tercengang, kenapa mereka jadi ikut disalahkan?

"Dia aneh."

"She's crazy."

Likes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang