Part 8 - who?

1.1K 198 17
                                    

Naruto tak dapat menutupi kebahagiaannya setelah mendapatkan nomor ponsel gadis yang ia suka. Mungkin orang akan menyebutnya aneh bahkan kurang waras karena menyukai gadis yang jelas-jelas tidak diketahui asal usulnya sama sekali. Senyum yang terus mengembang di wajah tampannya membuat sang Ibu merasa heran, ditambah tatapan anak tunggalnya tersebut tak lepas dari ponsel yang ia pegang, tak ia lepas bahkan ketika sedang sarapan sekali pun.

"Naruto, simpan dulu ponselmu kalau sedang makan!" Seruan ibunya Kushina membuat ia terkesiap, lantas selanjutnya ia menyimpan ponselnya di atas meja. Bagaimana pun perintah ibunya tetap harus dipatuhi kan?!

"Sepertinya anak ibu ini sedang bahagia." ucap Kushina sembari menaik turunkan alisnya, menggoda putranya. Sementara ayahnya Minato menghentikan suapannya lalu melihat ke arah putra yang sangat mirip dengannya secara fisik.

Naruto tertawa hambar, "Maksud ibu apa sih? setiap hari juga aku selalu bahagia."

"Ibumu benar, sepertinya ada yang berbeda. Kau sedang jatuh cinta ya?" Tembak Minato langsung kepada Naruto.

"Eh? Ti-tidak." Naruto menyangkal dengan wajah memerah.

"Tidak katanya yah." Kushina menutup mulutnya menahan tawa. Mengerjai anaknya di pagi hari memang menyenangkan.

"I-iya memang tidak." Kushina dan Minato saling tatap dan saling melempar senyum mencurigakan.

Tak tahan digoda terus kedua orang tuanya, akhirnya Naruto memutuskan untuk menyudahi sarapannya. "Aku pergi dulu, takut kesiangan." Naruto menyimpan sendok dan garpunya di atas piring yang masih tersisa sedikit makanan, lantas ia meminum air putih yang berada di gelas bening di samping piringnya.

"Padahal ini masih jam 6 pagi loh." Ucapan Minato membuat Naruto tersedak hingga ia menyemburkan minumannya. "Hati-hati sayang." ucap Kushina terlihat khawatir dan Naruto hanya memberikan isyarat tangan bahwa ia baik-baik saja.

"Aku harus bertemu dengan temanku dulu makanya pergi pagi." Alasannya. Naruto segera beranjak dari duduknya, ia lantas mengambil ponsel dan tasnya, berpamitan pada kedua orang tuanya lalu segera pergi dari sana.

"Jemputlah pacarmu di rumahnya, jangan di pinggir jalan!" Kushina berteriak ketika Naruto sudah berada di daun pintu. Mendengar itu wajah Naruto memanas, "Apa-apaan sih ibu itu." Senyum malu-malu terlukis di bibirnya.

"Nah, terus sekarang harus kemana? Kalo langsung ke sekolah pasti masih sepi banget." Gumamnya sembari berjalan menyusuri trotoar jalan menuju halte bus.

Naruto berhenti di jalan bercabang, tiba-tiba ia teringat sesuatu, "Ini jalan ke rumah Hinata." Berhenti sejenak sambil berfikir, akhirnya ia memutuskan untuk berbelok menemui Hinata. Barangkali gadis tersebut sudi berangkat ke Sekolah bersama.

...

Naruto mengetuk pintu beberapa kali, namun Hinata tidak kunjung keluar. "Apa dia sudah pergi ya?" Ia kembali menatap jam di tangan kirinya, lalu beralih ke sebuah benda di tangan kanannya. Naruto menghembuskan nafas, terlihat raut kekecewaan di wajahnya karena tak mendapati Hinata. Hendak membalikkan badan, namun deritan pintu membuatnya kembali berbalik ke arah pintu. Terlihatlah Hinata dengan penampilan berantakannya, rambut mencuat kesana kemari, mata yang setengah terpejam, dan pakaiannya... gadis itu masih mengenakan piyama. Rupanya Hinata baru bangun tidur.

Hinata mengucek matanya, setelahnya ia menyipit melihat sosok di hadapannya. Sosok tersebut semakin jelas, mata Hinata melebar lalu menutup pintu dan bersender di balik pintu. "Astaga... Naruto datang ke rumahku?!" Ia meneliti tampilannya seketika membuatnya meringis. Sementara Naruto mengerjap di balik pintu ketika pintu itu kembali tertutup.

Segera merapihkan rambut dan pakaiannya Hinata berdehem pelan lalu kembali membuka pintu perlahan. Ia tersenyum kaku. "Na-naruto, ada apa kemari? Kau sudah rapi sekali sepagi ini."

Likes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang