"Hinata!"
Seorang pria berseru ketika atensinya menangkap seorang gadis yang baru ia kenal beberapa hari sebelum liburan sekolah. Walaupun begitu, mereka sudah mengobrol banyak karena ia berteman dengan Toneri.
Hinata menyapa dengan senyum kikuk, ia berharap pria itu segera pergi ketika ia hanya menyapa seadanya saja. Namun harapan hanyalah harapan, karena sekarang ini, pria itu sudah duduk tepat di depannya.
Kenapa Urasiki malah duduk?
"Kau sendiri? Yang tadi siapa?" Ia sungguh penasaran dengan pria yang sebelumnya bersama Hinata, yang kini duduk dengan posisi saling membelakangi dengannya.
"Eh bukan siapa-siapa kok, tadi dia hanya bertanya sesuatu." Hinata tertawa hambar, ia lantas mengalihkan perhatian pada jinjingan yang dibawa Urasiki. "Kau sudah selesai memesan?" Ia hanya berbasa-basi untuk mengurangi rasa canggung.
"Sudah, tapi aku melihatmu jadi ya sudah ... sekalian ada yang ingin aku katakan," ucapnya dengan wajah serius membuat Hinata dilanda kebingungan sekaligus cemas. Cemas akan respon sang kekasih di seberang sana. Aura negatif mulai terlihat, apalagi Naruto sempat berbalik dan menghunusnya dengan tatapan tajam. Ia merasa Naruto ingin mengulitinya hidup-hidup.
"Kau sudah mengenal Toneri sejak lama?"
Hinata ragu untuk menjawab, tapi jika tak dijawab Naruto bisa salah paham. "Sejak pengenalan siswa baru, tapi aku baru dekat akhir-akhir ini," jawabnya apa adanya seraya sesekali melirik ke arah Naruto yang masih menatapnya intens.
"Ternyata memang kau orangnya," gumam Urashiki. Lalu dengan segan ia bertanya, "Apa kau sudah tahu kalau Toneri menyukaimu?"
Dua pasang mata sepasang kekasih itu membola sempurna, walaupun keduanya sudah mengetahui yang sebenarnya, namun tak menyangka jika ada orang lain yang menyinggung masalah tersebut.
Hinata tersenyum kaku, "Ah, sepertinya itu masalah pribadi."
"Maaf, aku hanya tidak bisa diam begitu saja ketika melihat temanku sendiri hanya menyukai seseorang dalam diam semenjak pertemuan pertama kalian, sampai-sampai ia rela memakai uang jajannya untuk memberimu hadiah," sesal Urasiki. Ia merasa jadi teman yang tidak berguna sama sekali karena tak mampu membantu temannya dalam hal asmara.
Hinata masih dengan senyum kakunya, ia bingung harus menanggapi bagaimana. Melirik kepada Naruto, pria itu sudah membalikkan badannya, Hinata tidak tahu apa yang dipikirkan Naruto sekarang. Apa dia jujur saja pada Urashiki?
Hinata berdehem pelan sebelum memulai pembicaraannya yang serius dan mendebarkan. Ini pertama kalinya ia berbicara mengenai masalah pribadinya selain kepada Shion.
"Begini ... kau tidak usah merasa khawatir. Hubunganku dengan Toneri kali ini sudah melewati banyak hal. Termasuk apa yang kau bicarakan. Aku sudah tahu semua dan kita sepakat untuk menjadi teman."
Sontak Urashiki mendesah lega, "Ternyata si bodoh itu sudah mengungkapkannya ... haahhh ... aku merasa lega sekarang. Walaupun kesal sih karena dia belum menceritakannya. Aku jadi malu denganmu."
Hinata menggeleng kencang, ia merasa tidak keberatan jika dapat memperjelas semuanya. Lantas setelahnya Urashiki berdiri seraya membawa bungkusan tadi, "Maaf sudah mengganggu waktumu. Kau gadis baik, pantas saja Toneri suka padamu."
Hinata tertawa sumbang, apalagi melihat tatapan Naruto yang begitu menuntut, "Tidak kok ... dia sudah tidak suka padaku."
Urashiki terkekeh ringan, "Kalau begitu, aku pamit dulu. Sampai bertemu besok di sekolah." Bersamaan dengan selesainya ucapannya, ia berlalu dari hadapan Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes ✔
Fiksi PenggemarGara-gara sebuah boom 'like' yang Naruto lakukan, dia semakin dekat dengan seorang gadis. Semakin lama berinteraksi dengan gadis online-nya semakin dalam pula rasa yang ia miliki. Naruto jatuh cinta pada teman online-nya tanpa tahu rupa gadis terseb...