Ada sesuatu hal tak kasat mata yang dapat mengganggu kebersamaan setiap insan ; jarak. Hal tersebut tidak terlihat, tidak dapat pula terukur, namun dapat membuat hati seseorang menjadi gelisah tak karuan.
Memberi jarak kepada seseorang yang barulah dekat dengan kita tentulah tidak akan terlalu masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika kita sudah mengagumi sejak lama lalu berkesempatan dekat walau hanya sebentar tentulah sangat memberatkan hati jika harus memberikan jarak dengan orang tersebut.
Mencoba menghindari pertemuan sekali dua kali terasa mudah, namun jika harus berkali-kali harus lari kemana lagi? Satu sekolahan, satu lingkungan, satu jurusan rumah membuat Hinata kesulitan untuk selalu menghindar dari keberadaan Naruto. Tentu alasannya Hinata tidak mau lagi berurusan dengan fans gilanya Naruto.
Walaupun Naruto tidak pernah dengan sengaja mencarinya, namun tetaplah banyak kebetulan di antara mereka untuk bertemu dan membuat Hinata sulit untuk mengabaikannya.
Kelas mereka hanya terhalang 1 kelas, otomatis dalam beberapa hal mereka pasti berpapasan, seperti sekarang ini. Hinata yang kebetulan harus melewati kelas Naruto untuk pergi ke kantin tidak sengaja bertemu Naruto tepat di depan pintu kelas pemuda tersebut.
"Hinata? Mau kemana?"
"Eh Na-naruto. Eumm.. aku mau ke kantin." Ucapnya dengan melirik kesana kemari.
"Sendirian?"
"Ah, iya. Maksudku Shion sudah menunggu di kantin."
"Ya sudah kita pergi bersama saja. Kebetulan teman-temanku juga sudah menunggu di kantin."
Gawat! Aku harus bagaiman?
"Kenapa diam saja? Ayok!" Naruto menarik tangan Hinata perlahan karena gadis itu diam saja sedari tadi.
Hati Hinata sungguh senang, namun jika mengingat fakta bahwa ia sedang menjaga jarak dengan Naruto membuatnya kembali tersadar. "Maaf Naruto, tanganmu..."
Reflek Naruto melepas genggaman tangannya, "Ah iya, Maaf. Habisnya dari tadi kamu diam saja." Hinata hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"Oh iya bagaimana dengan hadiah yang selalu kau dapat? Hari ini masih ada yang mengirimnya?"
"Masih." Wajah Hinata berubah menjadi sendu, namun ia terpikirkan sesuatu. "Bukannya waktu itu kamu sempat melihatnya? Bagaimana rupanya?"
Naruto tampak berpikir untuk mengingatnya, namun setelahnya ia menggeleng. "Maaf, aku tidak melihatnya dengan jelas karena tertutup oleh hodie yang ia kenakan."
"Begitu ya." Jawabnya lesu. Melihat itu Naruto tidak tega, ia kembali mencoba mengingat barangkali ada yang terlewat olehnya. Naruto menjentikkan jarinya, "Aku baru ingat. Dia memakai seragam yang sama dengan kita. Terlihat dari celana dan baju seragam bawahnya yang keluar tidak tertutupi hodie, aku yakin itu seragam sekolahan kita."
"Aku memang sudah menduganya karena tidak mungkin orang luar bisa datang pagi sekali ke sekolah hanya untuk menyimpan hadiah di lokerku."
Naruto menggaruk tengkuknya, "Sama sekali tidak membantu ya?!"
Hinata menghentikan langkahnya yang otomatis membuat Naruto juga berhenti. Naruto menatap heran ke arah Hinata yang mengibaskan tangannya ke udara, "Eh bukan itu maksudku. Aku berterimakasih karena kamu sudah berusaha mengingatnya." Hinata melirik ke asal tempat, lalu atensinya melihat 2 gadis yang sangat ia ingat. Fuu dan Shizuka. Kedua gadis tersebut sedang berbincang sambil berjalan dari arah berlawanan menuju ke arahnya.
Hinata mundur satu langkah, "Eum Naruto. Maaf, sepertinya kamu duluan saja, aku harus kembali ke kelas karena ada barang yang tertinggal." Hinata berucap sambil terus melirik ke arah Fuu dan Shizuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes ✔
FanficGara-gara sebuah boom 'like' yang Naruto lakukan, dia semakin dekat dengan seorang gadis. Semakin lama berinteraksi dengan gadis online-nya semakin dalam pula rasa yang ia miliki. Naruto jatuh cinta pada teman online-nya tanpa tahu rupa gadis terseb...