Ada dua hal yang sia-sia dalam hidup ini. Pertama diam saja tanpa bertindak. Kedua berpikir akan hal yang tidak kita ketahui pasti. Mengandaikan ini itu sehingga menimbulkan ketakutan berlebih akan sesuatu yang belum jelas adanya. Perlahan tapi pasti energi negatif tersebut terus menggerogoti pikiran jika tidak ada tindakan sama sekali.
Itulah yang terjadi pada Hinata, pikirannya dipenuhi banyak pengandaian mengenai Naruto, namun tak ada satu pun yang tepat. Ia hanya terbelenggu dengan pemikirannya sendiri. Bukankah cinta butuh usaha?
"Kau tidak apa?" Tanya Shion ragu ketika melihat mimik wajah Hinata yang berubah drastis. Ia merutuki mulutnya yang terlalu asal bicara. "Kau tenang saja, mungkin gadis itu adalah saudaranya. Kau tidak usah khawatir."
Hinata mendongak, menatap Shion dengan senyum dipaksakan. "Tenang saja, aku baik-baik saja kok."
"Berhentilah membohongi diri, aku tahu kau tidak baik."
"Apa kau tidak mau memberitahukan perasaanmu padanya?"
Hinata menggeleng, "Aku takut jika dia akan menjauhiku ketika tahu perasaanku padanya."
Shion mendesah kecewa, "Setidaknya cobalah sekali saja. Kau tidak bisa jika terus berpikiran macam-macam seperti itu .. bahkan sebelum mencobanya."
"Coba jauhkan segala pikiran negatifmu. Bukankah setiap kita ingin mendapatkan sesuatu kita harus berjuang? Begitu pun dengan cinta Hinata ... kalau kau diam saja bagaimana dia akan menyukaimu?"
"Jadi aku harus apa? Masa tiba-tiba bilang suka begitu saja?"
"Baiklah.. untuk langkah awal tunjukkan perhatianmu padanya. Ya semacam mendekati secara perlahan. Buat dia terbiasa dengan kehadiranmu."
Hinata segera menyambar tangan Shion dan menggenggamnya dengan erat. "Tolong bantu aku! Kau tahu kan aku sangat pasif dan canggung jika dekat dengannya."
Shion tersenyum, mana tega ia mengabaikan sahabatnya yang memberikan tatapan memohon itu, "Baiklah aku akan membantumu seperti tempo hari di Mall. Hanya butuh sedikit trik dan kau bisa selalu dekat dengannya." Shion menyeringai, Hinata bergidig, tapi tak masalah demi Naruto apa pun akan ia lakukan.
...
Naruto melerai paksa pelukan gadis yang menerjangnya, ia lalu menggandeng tangan gadis tersebut, membawanya ke tempat yang lebih sepi. Ia tidak mau terdapat rumor aneh mengenainya.
"Kenapa kau ada di sini?"
"Kenapa kau bertanya begitu? Kau tidak rindu padaku?" Gadis itu cemberut mendapati respon Naruto yang jauh dari perkiraannya. Ia kira Naruto akan bahagia melihatnya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan Saara!"
Saara mendengkus, "Aku pindah ke sekolah ini."
"Apa????"
"Kenapa kau terkejut begitu? Apa kau tidak senang kita satu sekolahan lagi?"
"Maksudku... kenapa mendadak begini? Bukankah kau sendiri yang bersikukuh sekolah di Kiri waktu itu?"
Saara bergeming sejenak, sejurus kemudian ia menampilkan senyum kepada Naruto. "Yang penting sekarang aku di sini kan!? Sesuai dengan permintaanmu dulu."
Naruto bergeming, yang diucapkan Saara benar adanya. Dulu ia memang selalu ingin bersama gadis ceria di hadapannya, namun ketika Saara lebih memilih bersekolah di tempat lain bersama Yagura, Naruto sadar yang menganggap Saara penting dalam hidupnya hanya ia sendiri, gadis itu tak berpikir hal yang sama.
Namun kenapa rasanya ada yang mengganjal? Ia tidak merasakan perasaan membuncah seperti dulu. Naruto bingung harus bersikap seperti apa.
"Kau melamun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Likes ✔
FanfictionGara-gara sebuah boom 'like' yang Naruto lakukan, dia semakin dekat dengan seorang gadis. Semakin lama berinteraksi dengan gadis online-nya semakin dalam pula rasa yang ia miliki. Naruto jatuh cinta pada teman online-nya tanpa tahu rupa gadis terseb...