Part 16 - Convide

918 159 50
                                    

"Yang jelas aku akan marah...."

Mata Hinata membola ketika mendengarnya. Namun, Shion malah terkekeh melihat ekspresi yang Hinata tampakkan. Kening Hinata mengkerut, ia terlampau bingung dengan tingkah Shion. Tadi gadis itu berbicara ketus dan serius seolah memang marah. Namun, sekarang sahabatnya itu malah terkekeh. 

"Ada yang salah?"

"Wajahmu... Wajahmu lucu sekali." Shion menahan tawanya dengan membekap mulutnya.

Hinata mencebikkan bibirnya kesal. "Aku sudah mengira jika kau marah, tapi kenapa malah tertawa?"

"Untuk apa aku marah?"

"Itu____

"Karena kau menyukai Naruto?"

Kali ini Jantung Hinata rasanya akan melompat keluar dari tempatnya. Hinata tertawa sumbang, berusaha menutupi keterkejutannya. "Apa yang kau bicarakan?"

Shion berdecak sebal, sahabat indigonya ini masih saja tidak mau berkata jujur. "Sudahlah tidak usah berbohong lagi... Aku sudah mengetahui semuanya ketika kau berbicara dengan Toneri pagi tadi. Yang kau maksud bertanya itu juga mengenai hal ini kan!? Kau merasa tak nyaman karena sudah membohongiku?" Tebak Shion yang sialnya tepat sasaran.

Hinata menunduk, ia merasa bersalah di sini. Shion menggeleng, ia lantas memegang kedua bahu Hinata hingga membuat atensi Hinata hanya kepadanya.

"Dengar Hinata! Aku tidak marah jika kau menyukai Naruto, tapi aku akan marah jika kau tidak terbuka terhadapku. Aku tahu kau merasa sungkan karena aku juga menyukai Naruto, tapi hati tidak bisa di tebak kan? Hati kita akan berlabuh pada siapa kita tidak bisa mengaturnya. Tuhan lah yang mengatur segalanya." Shion tersenyum tipis.

Haru menyelimuti hati Hinata. Ia merasa beruntung telah bersahabat dengan Shion. Gadis pirang itu tidak berpikiran sempit seperti penggemar-penggemar Naruto yang lain. Hinata segera menghamburkan diri kepada Shion, ia memeluk sahabat pirangnya itu dengan erat. "Terimakasih kau tidak marah padaku."

Shion terkikik geli, ia lantas melerai pelukkannya agar Hinata melihat ke arahnya. "Pria itu bisa dicari, tapi sahabat baik itu sulit untuk ditemukan." Shion menampilkan wajah berpikir dengan menyimpan telunjuknya di dagu. "Lagi pula, sepertinya aku hanya mengaguminya sebagai penggemar ...  Bukan perasaan cinta seorang gadis kepada seorang pria."

Dahi Hinata mengernyit, "Kau serius? Bukankah setiap hari kau membicarakannya?"

"Aku yakin. Kalau aku cinta, aku pasti sudah menyatakan cinta sedari dulu, tapi kau tahu sendiri kan apa yang ku lakukan selama ini?"

Hinata mengangguk perlahan. "Kau hanya membicarakan bagaimana tampannya dia, pesonanya, lalu berteriak-teriak tak jelas jika kau melihatnya ... dan juga ... kau rajin komen di postingan dia atau siapa pun yang menampilkan foto Naruto ...."

"Tidak usah dijabarkan Hinata." Shion geleng-geleng kepala. Kenapa sahabatnya ini malah menjabarkan semua kelakuannya?

"Uuppsss... Maaf."

Shion mencebik, "Ya pokoknya intinya seperti itu. Aku hanya mengaguminya bukan mencintainya. So... kejarlah cintamu."

Hinata bergeming mendengar penuturan Shion. Kata tersebut memang mudah untuk diucapkan, tapi sulit untuk dilakukan. Bisa dekat dengan Naruto saja ia sudah merasa sangat bersyukur.

 Bisa dekat dengan Naruto saja ia sudah merasa sangat bersyukur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Likes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang