"Alea main sama om Ian dulu, ya. Mama mau masak dulu, oke?" Kata Mbak Rena pada Alea yang langsung direspon dengan anggukan semangat.
"Ayo, om Ian. Kita main ke depan, yuk." Kata Alea dengan aksen cedalnya. Dia menarik-narik tangan Adrian untuk pergi ke halaman depan rumahnya. Adrian hanya pasrah dengan tingkah keponakannya itu. Dia tersenyum, mengekori Alea yang masih menarik tangannya.
"Titip jagain Alea ya, Yan. Awasin dia, jangan sampe lari ke jalan. Mbak tinggal masak bentar." Pesan Mbak Rena.
"Iya, Mbak. Pasti Adrian jagain, kok." Jawab Adrian.
Akhirnya Adrian dan Alea pergi ke halaman depan. Entah akan bermain apa keponakannya itu, Adrian hanya menurut saja.
Adrian baru saja pulang kerja. Ini hari minggu, dan dia mendapat sift pagi. Jadilah di pukul empat sore ini, dia sudah ada di rumah, menemani keponakannya itu bermain.
Sekarang, mereka berdua sudah duduk di teras depan. Alea sedang bermain dengan boneka yang tadi dia bawa. Sedangkan Adrian, dia sedang memperhatikan setiap gerak-gerik Alea dengan tatapan hangat dan juga senyum yang terpatri di wajahnya. Sesekali dia terkekeh saat mendengar ocehan-ocehan Alea yang mengajak bonekanya itu berbicara.
"Om Ian capek ya, habis pulang kerja?" Tanya Alea tiba-tiba. Dia mengatakannya tanpa mengalihkan atensi dari bonekanya.
Awalnya Adrian terkejut, karena keponakannya itu tiba-tiba menanyakan hal itu padanya. Tapi kemudian, dia tersenyum. Tangannya tergerak untuk mengelus rambut Alea penuh sayang, membuat gadis kecil dihadapannya ini mendongak. Dia tersenyum lucu saat melihat ke arah Adrian yang juga sedang tersenyum.
"Alea suka banget deh, sama senyumnya Om Ian. Alea boleh nggak, pegang dimple Om Ian?" Adrian terkekeh mendengar rentetan kalimat yang Alea ucapkan.
"Boleh dong, Alea. Nih, Alea boleh pegang sepuasnya." Kata Adrian yang langsung mencondongkan badannya ke arah Alea, agar keponakannya itu bisa dengan mudah menyentuh pipinya.
Alea tersenyum cerah. Jari telunjuknya bergerak menusuk-nusuk dimple Adrian gemas. Tingkah Alea benar-benar menggemaskan. Rasa lelah setelah bekerja tadi pun meluap seketika. Adrian terkekeh melihat Alea yang masih asik bermain dengan dimple-nya.
"Kok Alea nggak punya dimple kayak punya Om Ian, sih? Kan Alea juga pengen." Kata Alea cemberut. Dia sudah tidak lagi menyentuh dimple Adrian. Tapi dia masih memandangi wajah tampan Omnya itu dengan seksama.
"Siapa bilang Alea nggak punya dimple? Alea punya, kok." Ucap Adrian.
"Iya, emang Alea punya. Tapi, nggak kayak punya Om. Punya Alea dimple-nya di janggut, bukan di pipi." Ucap Alea masih cemberut.
Adrian tersenyum lagi. Kenapa keponakannya ini lucu sekali, sih?
"Asal Alea tau, Om Ian juga pengen punya dimple kayak punya kamu gini. Gemes banget soalnya." Ucap Adrian mencoba menerbitkan senyum cerah Alea lagi. Dan, berhasil. Gadis kecil di hadapannya tersenyum. Tapi, Adrian seketika tertawa saat Alea tersenyum dengan cara aneh. Seperti, sengaja menunjukkan dimple yang ada dijanggutnya itu."Haha, kenapa Alea senyumnya kayak gitu, sih?" Tanya Adrian saat sedikit berhasil meredakan tawanya.
"Biar Om Ian bisa liat dimple-nya Alea, hehe," katanya diikuti cengiran lucunya.
"Haha, keponakan Om Ian kok gemesin banget, sih. Jadi pengen nyium deh. Sini sini, Om Ian mau cium." Alea tertawa saat mendapat ciuman bertubi-tubi dari Adrian di kedua pipinya.
"Om Ian, stop. Alea geli, haha." Kata Alea yang masih tertawa. Dia berusaha menghindari Adrian yang masih berusaha mencium pipinya. Sampai akhirnya Alea bangkit dari duduknya, lalu berlari ke halaman depan, menjauh dari Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana & Adrian [Revisi]
Teen Fiction"Dia itu sok kuat. Dia selalu terlihat baik-baik saja, padahal sedang tidak baik-baik saja.."- Alana "Dia itu penakut. Padahal nggak semua hal akan berakhir dengan kehilangan.." - Adrian - Alana & Adrian - Story by : @malussilveltris146 _Cerita ini...