Alana dan yang lainnya kini tengah berada di kantin, menikmati pesanan mereka dengan khidmat. Suasana yang jarang sekali terjadi, karena biasanya akan selalu ada keributan.
"Tumbenan lo semua pada diem? Biasanya malah nggak bisa diem. Kenapa, sih?" Tanya Alana tak tahan dengan suasana janggal ini. Dia menatap satu persatu temannya yang tak kunjung merespon ucapannya.
"Seriusan, lo pada kenapa, sih?" Alana benar-benar heran dengan kesunyian ini. Tidak biasanya mereka begini.
"Lagi capek aja, Lan. Jadi mager mau ngomong." Akhirnya Bima lah yang pertama kali merespon ucapan Alana.
"Capek ngapain, sih? Perasaan nggak ada ngapa-ngapain dari tadi." Tanya Alana heran. Memang benar, dari tadi mereka hanya duduk diam menunggu pesanan, kemudian makan setelah pesanan datang.
"Apanya nggak ngapa-ngapain? Dari pagi otak gue rasanya udah panas banget, dijejelin angka sama rumus-rumus yang nggak gue ngerti sama sekali." Jawab Bima dengan keluhannya. Alana tak menyangkal, karena memang benar apa yang diucapkan Bima. Dia juga sebenarnya lelah, tapi melihat mereka yang biasanya rusuh, tiba-tiba menjadi pendiam, membuat Alana keheranan.
"Trus, lo pada kenapa?" Tanya Alana pada yang lain.
"Ya, gue mah sama kayak Bima, Lan. Kan kita sekelas." Kali ini Irsyad yang menyahut.
"Gue nggak nanya lo, Syad. Gue nanya rombongan anak IPS ini. Tumbenan mereka diem aja, padahal biasanya yang paling rusuh." Kata Alana secara tidak langsung menyindir Jelita, karena kini matanya menatap ke arah sahabatnya itu.
"Gue lagi kangen sama Rangga, Lan. Dia nggak berangkat hari ini, lagi sakit." Jawab Jelita lesu.
"Ya Allah, Jel. Gue kira lo dateng bulan, makanya kayak badmood gitu. Ternyata gara-gara Rangga." Kata Alana terheran-heran.
"Ya kan kangen, Lan."
"Semalem baru aja ketemu, deh perasaan."
"Bentar doang, Lan. Kan dia sibuk kerja juga semalem."
"Susah emang kalo udah bucin mah." Sahut Lulu yang sudah menyelesaikan makannya.
"Nggak usah ngajak ribut deh, Lu. Lagi nggak mood gue." Kata Jelita malas.
"Siapa juga yang ngajak ribut? Orang gue cuman ngomong." Ucap Lulu memancing kekesalan Jelita.
"Serah."
"Kan, mulai ribut lo berdua." Kata Alana jengah.
"Eh, kalian liat Adrian nggak?" Tanya Miko tiba-tiba.
"Enggak. Kenapa emang?" Tanya Irsyad.
"Tuh anak kira-kira kenapa, ya?"
"Lah. Ya mana gue tau." Sahut Bima membuat Miko memelototinya
"Gue belum selesai ngomong, monyet." Kesal Miko.
"Ya nggak usah melotot gitu kali. Gue colok, merem lo!" Ucap Bima ikut kesal.
Nah, kan. Baru tadi Alana bilang, kalau teman-temannya ini jadi pendiam. Tapi sekarang, mereka sudah ribut lagi. Alana jadi tahu alasan kenapa mereka tadi diam. Itu karena mereka lapar. Dan kalau sudah kenyang, sifat asli mereka akan kembali.
Sekarang, Alana hanya menyimak obrolan mereka. Diam-diam dia penasaran, apa yang membuat Miko heran dengan Adrian.
"Ya udah, buru lanjutin, Mik. Adrian kenapa?" Ucap Irsyad menengahi mereka berdua.
"Dia kayaknya habis berantem deh. Mukanya bonyok gitu, kayak habis ditonjok." Kata Miko.
Alana yang mendengarnya kaget plus heran. Pasalnya, kapan Adrian berantem? Sedangkan terakhir kali, dia pulang dengannya. Dan Alana juga melihat dengan jelas, kalau Adrian masuk ke dalam rumahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/279531346-288-k334378.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana & Adrian [Revisi]
Ficção Adolescente"Dia itu sok kuat. Dia selalu terlihat baik-baik saja, padahal sedang tidak baik-baik saja.."- Alana "Dia itu penakut. Padahal nggak semua hal akan berakhir dengan kehilangan.." - Adrian - Alana & Adrian - Story by : @malussilveltris146 _Cerita ini...