Bagian 27 : Monas

27 4 0
                                    

"Kak Alana mau ke mana?" Tanya Arin yang tiba-tiba masuk ke kamar Alana. Adik bungsunya itu tengah memperhatikannya yang sibuk bersiap.

"Kakak mau pergi sama temen. Kenapa? Arin mau ikut?" Tanya Alana yang kini ikut duduk bersama Arin di pinggir ranjangnya. Dia sudah selesai bersiap. Hanya tinggal menunggu Adrian menjemputnya.

"Enggak, ah. Nanti Arin ganggu." Jawab Arin seraya menggeleng gemas. Aksen cedalnya masih sedikit terdengar, membuatnya semakin terlihat menggemaskan.

"Kenapa gitu?" Tanya Alana dengan kerutan yang muncul di dahinya. Dia sedikit tak paham maksud ucapan Arin.

"Arin tau, Kak Alana pasti mau pergi sama pacarnya, kan? Ciee.. Kak Alana punya pacar," ledek Arin membuat Alana malah tersenyum gemas.

"Kok Arin bisa tau pacar-pacaran dari siapa, siih?" Alana mencubit gemas pipi Arin, membuat sang empunya memberontak tak terima.

"Kak Alana jangan cubit pipi Arin, ih. Nanti Arin makin tembem gimana?" Protes Arin.

"Ya nggak gimana-gimana. Malah makin gemesin."

"Tapi Arin nggak mau. Berat."

"Masa, sih?"

Arin hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Eh, Kak. Ayo turun." Ajak Arin tiba-tiba.

"Ngapain? Kakak masih mau siap-siap bentar. Dikit lagi."

"Tapi Kakak ganteng udah nungguin dari tadi di bawah, sama Bunda." Ucap Arin membuat Alana mengernyit bingung.

"Hah? Kakak ganteng siapa?" Tanya Alana penasaran. Tidak mungkin kan kalo itu-

"Omnya Alea." Jawab Arin membuat Alana melotot kaget.

Adrian. 'Tunggu! Adrian udah dateng dari tadi? Kenapa nggak bilang?' Batin Alana bertanya-tanya. Dia langsung mengecek ponselnya, takut-takut Adrian sudah mengabarinya sejak tadi. Tapi nihil. Tidak ada satupun chat dari laki-laki itu.

Tapi yang lebih mengejutkan Alana adalah saat melihat jam diponselnya. Ternyata ini sudah lewat lima belas menit dari jam janjiannya.

"Kenapa Arin nggak bilang dari tadi?" Tanya Alana mulai sedikit panik. Dia merasa tidak enak, karena membuat Adrian menunggu lama.

"Arin udah mau bilang dari tadi, tapi Kak Alana lagi sibuk dandan, jadi takut ganggu." Jawab Arin polos.

Segera Alana bangkit dari duduknya. Cepat-cepat dia menyemprotkan parfum ke bajunya, lalu meraih tas selempangnya.

"Ya udah, yuk kita turun." Ajak Alana lalu menggandeng tangan Arin.

Sedangkan di ruang tamu, Adrian tengah asik berbincang dengan Bunda.

"Perasaan selama kamu tinggal bareng Dion, Bunda kok nggak pernah liat kamu, Yan?" Tanya Bunda mengawali pembicaraan keduanya.

"Iya, Bund. Adrian emang jarang di rumah, soalnya kerja." Jawab Adrian sopan. Jangan kaget dengan panggilan Adrian pada Bunda, karena itu Bunda sendiri yang minta. Katanya biar lebih akrab.

"Kerja?"

"Iya, Bund. Adrian kerja di cafe." Jawab Adrian lagi.

"Kenapa kamu kerja? Kan udah tinggal sama Dion." Tanya Bunda.

"Ya, nggak pa-pa, Bund. Itung-itung nambah uang jajan. Adrian ngerasa nggak enak aja kalo nyusahin Bang Dion terus. Dikasih izin tinggal di sana aja Adrian udah seneng." Ucap Adrian dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Trus kalo kerja jam berapa biasanya?"

"Jam tiga sampe jam sembilan malem, Bund. Kadang kalo cafe lagi rame-ramenya, lembur sampe jam sebelasan gitu." Jelas Adrian.

Alana & Adrian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang