Bagian 6 : Barista

43 13 6
                                    

14.00

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Adrian mengemasi buku dan barang lainnya yang tadi dia gunakan untuk belajar, segera setelah guru yang mengajar di kelasnya keluar.

Adrian berjalan keluar dari kelasnya. Dia tidak langsung menuju ke parkiran sekolah, melainkan menghampiri Rangga terlebih dahulu.
Saat sampai di depan kelas Rangga, dia melihat masih ada guru yang mengajar. Akhirnya Adrian putar balik, memilih untuk menunggu di parkiran saja. Tapi, saat dia akan berbalik arah dan pergi dari sana, matanya tak sengaja bertatapan dengan seseorang.

Dia Alana. Gadis itu baru saja keluar dari kelasnya. Mereka bertatapan cukup lama, sebelum akhirnya Alana tersadar, lalu memutus kontak mata keduanya.

Alana berlalu dari sana. Adrian berniat menyapanya, tapi urung, karena setelah dipikir lagi, mereka tidak seakrab itu untuk saling menyapa. Akhirnya Adrian hanya bisa memperhatikan punggung Alana yang semakin lama semakin menjauh.

"Woi!" Seru Rangga yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Adrian. Untung Adrian bukan tipe orang yang kagetan, jadi dia biasa saja. Reaksinya datar.

"Sejak kapan lo di situ, Ngga? Perasaan tadi kelas lo masih ada guru." Tanya Adrian heran.

"Sejak lo ngeliatin Alana." Jawab Rangga, menatap laki-laki di hadapannya itu penuh selidik.
"Lo suka ya, sama dia?"

"Suka apaan? Kenal aja enggak." Bantah Adrian.

"Ya, siapa yang tau, kan." Kata Rangga

"Nggak jelas lo. Dah, yuk, cabut. Gue nggak mau telat di hari pertama gue kerja." Kata Adrian beranjak pergi. Disusul Rangga yang setengah berlari  untuk menyamakan langkahnya dengan Adrian.

"Nggak nganterin Jelita dulu, Ngga?" Tanya Adrian di tengah perjalanan mereka menuju parkiran.

"Enggak. Kalo gue ada jadwal kerja, dia dijemput sama supir. Kalo gue lagi libur, baru gue yang anter." Jelas Rangga. Adrian hanya manggut-manggut mendengarnya.

Mereka pun sampai di parkiran, menaiki motor masing-masing, lalu berlalu pergi dari sana.

•••

"Yan, lo bisa bikin kopi nggak?" Tanya Rangga pada Adrian.

Mereka baru saja selesai berganti seragam kerja.

"Kalo pake alat begituan, gue belum pernah, sih, Ngga. Kenapa emang?" Jawab Adrian seraya menunjuk mesin coffee maker di hadapannya.

"Jadi gini, Ngga. Orang yang resign kemaren itu, dia yang biasanya bikin kopi." Jelas Rangga.

"Maksud lo, barista?"

"Nah, iya itu maksud gue."

"Udah keren-keren nama barista, malah lo bilang tukang bikin kopi. Lo kira Bude Titin." Protes Adrian.

"Sama aja perasaan. Sama-sama bikin kopi."

"Serah lo deh, Ngga."  Kata Adrian. Dia lalu melihat ke sekeliling cafe. Terlihat beberapa pengunjung yang sedang menikmati pesanan mereka.

"Tapi, karena ini masih hari pertama lo kerja, lo bantuin catet sama anter pesenan dulu juga nggak papa, Yan. Sambilan nanti lo belajar sama Bang Odin, gimana caranya bikin espresso dan minuman kopi lainnya. Ntar kalo udah bisa, baru deh lo gantiin Bang Odin. Biar dia nggak bolak-balik dari dapur ke depan." Jelas Rangga lagi. Adrian mengangguk paham, lalu mulai bekerja.

Dia mulai mencatat dan mengantarkan beberapa pesanan pelanggan. Setelah itu, sesekali Adrian memperhatikan bagaimana Bang Odin membuat kopinya. Itu pun dia lakukan jika sedang tidak ada pelanggan lagi. Jadi, sembari menunggu pesanan jadi, dia sambil belajar juga.

Alana & Adrian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang