Bagian 28 : Pergi

57 7 1
                                    

Adrian baru saja pulang dari sholat Maghrib di Masjid yang ada di komplek perumahannya. Dia disambut senyum ceria Alea saat baru membuka pintu rumah.

"Hai, Alea sayang." Sapanya lalu menggendong keponakannya itu. Dia mencium pipi Alea gemas. Dia membawanya masuk ke dalam, menghampiri Mbak Rena yang sedang menyiapkan makan malam.

Adrian menurunkan Alea di kursi meja makan.
"Alea di sini dulu ya, sama Mama. Om Ian mau ke kamar dulu, naruh peci sama sarung." Ucapnya pada Alea yang kini mengangguk lucu.

Adrian berjalan ke arah kamarnya, menaruh peci dan sarung ke tempat semula. Dia melihat sebentar ponselnya, mengecek sesuatu.

"Ternyata lo belum berubah, Lan. Lo nggak nepatin janji." Lirihnya. Dia kembali meletakkan ponselnya ke tempat semula. Tapi, dia masih memandangi layar ponselnya yang mati itu. Dia menyugar rambutnya ke belakang, sedikit frustasi.

Ini sudah seminggu sejak kejadian di Monas waktu itu. Adrian hanya bisa menghela nafas lelah jika mengingat sikap Alana padanya seminggu ini.

Tak sesuai dengan janjinya waktu itu, Alana kini menjauhinya. Sikapnya kembali dingin seperti saat mereka bertemu untuk pertama kalinya. Dia tak pernah mau jika Adrian mengajaknya bicara berdua saja.

"Sebenernya apa yang lo takutin dari sebuah hubungan, Lan? Dan kenapa harus ngejauh?" Lirihnya lagi.

Adrian tidak tahu harus bagaimana lagi, agar dia bisa kembali dekat dengan Alana. Dia sudah melakukan segala cara untuk berbicara dengan Alana, tapi nihil. Alana tidak pernah mau, meski itu hanya sebentar.

Tak ingin berlarut dengan pikirannya, Adrian memilih keluar dari kamarnya. Dia kembali menghampiri Alea yang sedang sibuk mengunyah tempe goreng buatan Mbak Rena.

"Makan gih, Yan. Udah siap nih makanannya." Ucap Mbak Rena menyuruh Adrian makan.

"Iya, Mbak." Jawabnya lalu duduk di samping Alea. Dia lalu mengambil nasi dan beberapa lauk yang tersaji di meja makan.

"Bang Dion belum pulang, Mbak?" Tanya Adrian saat menyadari jika sedari tadi dia tidak melihat Bang Dion.

"Belum, Yan. Mungkin habis Isya' baru pulang. Katanya masih ada urusan di kantor." Jawab Mbak Rena seraya mengambilkan makanan untuk Alea.

Adrian hanya manggut-manggut merespon ucapan Mbak Rena. Diam-diam dia lega, karena tidak harus satu meja dengan Bang Dion. Abangnya itu selalu tak suka dengan kehadirannya. Adrian tahu itu.

"Om Ian, nanti temenin Alea main, ya." Alea mengatakannya dengan nada yang menggemaskan, khas balita.

"Iya, nanti Om Ian temenin Alea main deh." Jawab Adrian tersenyum. Senyum yang menular pada Alea dan juga Mbak Rena yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka berdua.

"Kamu besok masih libur kerja, Yan?" Tanya Mbak Rena di sela makan malam mereka.

"Enggak, Mbak. Adrian cuman izin sehari ini aja. Kenapa emangnya, Mbak?"

"Kirain masih libur. Mbak mau ngajak kamu ketemu Papa. Dia kangen sama kamu, Yan."

Adrian seketika diam. Dia langsung menghentikan aktivitas makannya. Dia menatap Mbak Rena tak suka.

"Mbak, aku kan udah pernah bilang, kalo aku nggak mau ketemu sama dia lagi." Adrian menjawab setenang mungkin. Dia berusaha meredam amarah yang selalu datang, jika sudah membahas sang Papa. Bahkan dia juga enggan memanggilnya Papa.

"Tapi, Yan. Papa pengen banget ketemu sama kamu. Papa pengen minta maaf sama kamu."

"Aku tetep nggak mau. Mbak bilang aja gitu ke dia." Adrian masih kekeuh dengan pendiriannya.

Alana & Adrian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang