Bagian 20 : Save, ya?

27 14 6
                                    

"Yan, lo bisa bantuin gue bentar, nggak?" Tanya Rangga pada Adrian yang tengah memperhatikannya membuat kue ulang tahun, pesanan dari salah satu pelanggan yang nanti malam akan merayakan ulang tahun di cafe ini.

"Bantu apaan emang?" Kata Adrian balik bertanya. Dia memang sedang luang, karena sore itu cafe tidak terlalu ramai. Jadi, Adrian bisa sedikit bersantai. Bahkan dia bisa pergi ke dapur untuk melihat Rangga membuat kue.

"Tadi Bang Jeff nelpon gue. Katanya suruh ngecek persediaan bahan di gudang, kira-kira apa aja yang habis. Tolong lo cek, ya. Trus jangan lupa dicatet. Soalnya Bang Jeff lagi di luar, jadi nanti pulangnya sekalian mau beli katanya." Jelas Rangga.

"Trus, kalo ntar ada pelanggan gimana?"

"Biar gue yang handle, Yan." Sahut Bang Odin yang baru kembali dari kamar mandi.

"Oke, kalo gitu. Gue cek dulu ke gudang." Ucap Adrian lalu pergi menuju gudang.

Saat sampai di gudang, dia langsung mengecek seluruh persedian bahan, dan mencatat apa saja yang habis di kertas yang tadi dia bawa. Dia menyusuri seluruh rak bahan yang ada di gudang satu persatu. Mengeceknya dengan sangat teliti. Mulai dari bahan minuman, bahan kue, sampai ke bumbu-bumbu kering kebutuhan dapur. Berkali-kali dia memastikan supaya tidak ada yang terlewat satu pun.

Setelah dirasa sudah semua, Adrian pun mengantongi kertasnya. Tapi, dia tidak langsung pergi dari sana. Dia duduk sebentar disebuah bangku yang ada di sana. Karena tiba-tiba dia teringat sesuatu.

Dia merogoh saku celana, mengambil ponselnya. Jarinya dengan semangat mengetikkan sesuatu di sana. Dia tengah mengirimkan pesan pada seseorang.

Senyumnya mengembang saat pesan yang dia kirim kan terbalas. Wajahnya terlihat benar-benar sumringah. Seperti seseorang yang sedang kasmaran. Senyum yang semakin menambah ketampanannya. Bahkan dimple di kedua pipinya ikut mengintip.

Cukup lama dia berbalas pesan dengan orang itu, sampai akhirnya dia mengakhirinya. Teringat jika Bang Jeff membutuhkan catatan yang dipegangnya itu secepatnya.

Dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya, Adrian pun keluar dari gudang, lalu menghampiri Rangga yang masih sibuk menghias kuenya.

"Nih, Ngga, udah gue catet bahan-bahan apa aja yang habis." Kata Adrian menyerahkan catatannya pada Rangga.

"Ini beneran udah semua?" Tanya Rangga memastikan.

"Iya, udah semua." Jawab Adrian mantap.

"Oke sip. Thanks banget, ya. Sorry banget jadi ngerepotin lo, Yan. Soalnya gue beneran nggak bisa ninggalin nih kue. Takut nggak keburu. Bisa-bisa ngamuk tu pelanggan."

"Selow kali, Ngga. Itu salah satu gunanya gue ada di sini." Ucap Adrian. Rangga hanya manggut-manggut, membenarkan ucapan Adrian.

Tapi seketika dia menatap heran ke arah Adrian yang sedang senyum-senyum sendiri.
"Dih! Lo ngapain senyum-senyum gitu? Kesambet hantu gudang lo?" Tanya Rangga heran.

"Lah. Salah emang kalo gue senyum?"

"Ya enggak, sih. Tapi ngeri aja gitu, gue liatnya."

"Apanya yang ngeri? Orang senyum gue manis gini, lo bilang ngeri." Ucap Adrian sukses membuat Rangga menghentikan aktivitasnya. Dia mengalihkan atensinya dari kue ke Adrian.

"Wah, beneran deh kayaknya, Yan."

"Beneran apaan?" Tanya Adrian bingung.

"Lo kesambet." Kata Rangga

"Kesambet apaan, sih. Ngaco lo, ah."

"Ya udah lah. Lo balik aja ke depan. Ngeri gue liat lo senyum-senyum gitu." Usir Rangga.

Alana & Adrian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang