Bagian 25 : Roti Bakar

23 4 0
                                    

"Kak, boleh masuk?" Tanya Zidan menyembulkan kepalanya di sela pintu rumah pohon.

"Masuk aja, Dan." Jawab Alana tanpa mengalihkan perhatian dari buku fiksi di tangannya. Alana memang sedang membaca novel di rumah pohon. Dia sedang bosan. Tidak ada yang bisa dia lakukan di Sabtu sore itu. Tugas sekolah juga sudah rampung dikerjakannya.

"Kak, tutup dulu novelnya." Pinta Zidan saat sudah masuk ke dalam rumah pohon dan duduk di samping Alana.

Dengan terpaksa Alana menutup novelnya, tak lupa memberikan pembatas agar tidak lupa, sampai mana dia membacanya.

Dengan cengiran khasnya, Zidan menyodorkan setumpuk buku ke hadapan Alana.
"Hehe.. Bantuin ngerjain tugas."

"Sebanyak ini!?" Alana cukup terkejut saat melihat ada 5 buku tugas di hadapannya. Belum lagi beberapa buku cetak dengan judul yang berbeda-beda.

"Iya, Kak. Gara-gara kemarin sibuk nyiapin buat acara sekolah, jadi belum ngerjain tugas. Bantuin, ya. Please," mohon Zidan dengan alasannya yang terdengar masuk akal. Memang minggu-minggu ini adiknya itu sangat sibuk, sampai-sampai sering tidak bisa menjemputnya. Maklum, anak OSIS.

"Lo ini kebiasaan deh, numpuk-numpuk tugas gini. Kan bisa dikerjain pas malemnya. Bukan malah sibuk main game." Ceramah Alana seraya mengecek satu persatu tugas Zidan. Ada Matematika, Bahasa Inggris, IPA, IPS, dan juga PPKN.

"Kan capek, Kak."

"Capek tapi malah main game." Sindir Alana.

"Refreshing, Kak."

"Ya udah, buruan kerjain. Nanti kalo nggak paham, baru Kakak bantuin." Perintah Alana yang langsung diangguki Zidan.

Alana tidak kembali melanjutkan membaca novelnya. Karena jika Zidan tidak paham, pasti akan langsung bertanya padanya. Dan tentu saja dia harus menghentikan membaca untuk membantu Zidan menjawab tugas-tugasnya. Dia tidak suka jika harus membaca terputus-putus seperti itu.

"Dan, ini mau dikerjain semuanya sekaligus?" Tanya Alana yang mulai muak menjawab pertanyaan-pertanyaan di hadapannya sekarang ini.

"Iya lah, Kak. Ntar malem gue sibuk soalnya." Jawab Zidan santai.

Mata Alana memicing mendengarnya.
"Dih. Sibuk ngapain? Palingan juga main game."

"Itu tau."

"Rese emang. Lanjut besok aja deh, Dan. Kan besok masih minggu. Lagian ini nggak dikumpul senin semua, kan?"

"Nggak bisa, Kak. Besok gue ada acara, dan kemungkinan pulang malem. Dan ini semua emang harus dikumpul besok senin, soalnya ini tuh sebenernya udah tugas minggu lalu. Tapi karena gue sibuk, jadi dikasih keringanan."

"Acara apaan deh? Kok lo sok sibuk banget, sih. Gue aja yang anak SMA nggak sibuk-sibuk banget."

"Makanya ikut OSIS, biar tau, sesibuk apa gue."

"Males banget. Enakan rebahan di rumah. Belajar seharian di sekolah udah lebih dari cukup buat gue." Ucap Alana seraya melanjutkan mengerjakan tugas Zidan. Kali ini Matematika, jadi Alana senang-senang saja mengerjakannya.

"Ini Bahasa Inggris lo kerjain sendiri ya, Dan. Gue nggak ngerti."

"Iya, nggak pa-pa. Ntar nyontek yang lain aja kalo gitu."

"Kenapa nggak dari tadi aja semuanya nyontek temen lo? Emang lo mau gangguin gue aja kan ini?" Kesal Alana mendengar jawaban enteng adiknya itu.

"Ya kan kerjain sendiri dulu, Kak. Kalo nggak bisa, baru deh nyontek." Jawab Zidan lagi.

Alana & Adrian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang