Keesokan harinya, Alana berhasil bangun pagi tanpa tertidur lagi. Untung saja dia ingat jika minggu paginya ini akan berbeda dengan hari minggu biasanya.
Saat ini Alana tengah bersiap. Dia tengah memilih, baju apa yang harus dia pakai. Untuk celana, sudah pasti dia akan memakai training. Tidak mungkin dia mengenakan rok bukan?
Di tengah kegiatannya memilih baju, Alana mendengar dering notifikasi WhatsApp yang jelas berasal dari ponselnya. Dia meraih ponsel yang tadi dia letakkan di meja belajarnya.
Ternyata itu chat dari Jelita.
Jelita
Lan, ntar ketemuan di mana?
Lo ke rumah gue dulu lah. Ngumpulnya di depan rumah gue
Oke deh. Nanti gue ke situ
Tapi gue nungguin bebeb gue dulu, Lan.
Iya, gue tungguin nanti
Oke
Setelah itu, Alana kembali bersiap. Dia mandi ala-ala drama korea. Gosok gigi, cuci muka, udah. Setelahnya dia mengganti pakaian yang tadi dipilihnya untuk kostum lari paginya.
Sekembalinya dari kamar mandi, Alana mendengar ponselnya berdering. Ada panggilan masuk.
Tanpa melihat siapa yang menelpon, Alana langsung menggeser ikon panggilan hijau itu ke samping.
"Halo, Jel?" Ucapnya setelah mengangkat panggilan itu. Ya, Alana mengira Jelita lah yang menelponnya. Dia pikir, sahabatnya itu ingin mengabari, jika dia sudah di depan rumah, atau sedang otw, mungkin.
"Halo, Lan..."
Seketika Alana kaget saat mendengar suara berat seseorang di seberang telepon sana.
'Lah? Bukan Jelita ini mah' batinnya.Dia lalu mengecek layar ponselnya. Dan benar saja. Bukan nama Jelita yang terpampang di sana, melainkan nama Adrian.
"Ini gue Adrian, Lan. Bukan Jelita." Kata Adrian saat Alana tak kunjung bersuara.
"Sorry, Yan. Gue kira tadi Jelita." Ucap Alana.
"Iya, nggak pa-pa. Lo udah selesai siap-siapnya?" Tanya Adrian.
"Ini bentar lagi siap kok. Lo udah di depan, ya?"
"Belom, sih. Gue mau nanya dulu sama lo, ini kita mau naik motor atau jalan kaki aja?"
"Lah? Namanya lari pagi ya lari dong, Yan. Ngapain naik motor?"
"Ya bener, Lan. Tapi kan nanti lari paginya di taman depan komplek. Nah, ke sananya mau jalan kaki, atau mau naik motor aja?" Jelas Adrian kembali bertanya.
Alana diam, dia berpikir sebentar.
"Jalan kaki aja deh, Yan. Kan deket juga." Putusnya."Oke. Kalo gitu gue tunggu di depan, ya?"
"Oke, Yan. Gue bentar lagi siap kok."
Telepon pun berakhir. Alana kembali meletakkan ponselnya, melanjutkan persiapannya yang sempat tertunda. Hanya tinggal merapihkan penampilannya saja. Dia mengaplikasikan sunscreen ke wajahnya, guna melindunginya dari sinar matahari. Kemudian dia juga menguncir rambutnya. Dan, selesai. Dia sudah siap untuk berangkat lari pagi. Tunggu! Dia lupa menyemprotkan parfum. Tidak terlalu banyak, hanya dua semprotan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana & Adrian [Revisi]
Teen Fiction"Dia itu sok kuat. Dia selalu terlihat baik-baik saja, padahal sedang tidak baik-baik saja.."- Alana "Dia itu penakut. Padahal nggak semua hal akan berakhir dengan kehilangan.." - Adrian - Alana & Adrian - Story by : @malussilveltris146 _Cerita ini...