Arfateena 2

25 18 4
                                    

               " Time is everything "
            ~Afsheen Fateena Aqilla ~
-------------------------------------------------------

Teena merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan kasar, matanya menatap langit-langit kamarnya.

Ia teringat oleh seseorang yang amat sangat ia sayangi. Cewek itu tersenyum getir mengingat kejadian setahun lalu.

"Andai gue nggak ngeprank lo, mungkin lo masih hidup dan ada di samping gue Al,"

Teena mengusap bulir air mata di pipinya, ia sangat merindukan Axel kekasihnya yang meninggal dunia akibat ulahnya.

"Teena, masak sekarang sebentar lagi papa kamu pulang! Mama sama Zeelana mau shopping dulu!" Teriak Tari, mama Teena.

Teena hanya menghela nafasnya lelah. Ia beranjak dari kasur untuk mengganti pakaian nya.

Ia segera turun kearah dapur, namun matanya menangkap Zeelana yang menggunakan baju miliknya tanpa seijin Teena. Hal itu membuat emosi Teena kembali tersulut.

"Lepas baju gue!" Ujarnya penuh penekanan. Zeelana yang sedang merapikan rambutnya pun menoleh mendapati Teena yang sedang menatapnya nyalang.

"Pinjem elah pelit amat lo jadi kakak, ntar gue beliin deh yang lebih bagus. Baju gue kan belum lo setrika, jadi gue pinjem baju lo dulu ya Afsheen Fateena Aqilla?" Ujarnya dengan nada mengejek.

"Lo masih punya tangan buat setrika sendiri baju lo setan!" Umpatnya dengan nafas memburu. Sungguh ia sangat muak dengan seluruh anggota keluarganya.

Zeelana menggelengkan kepalanya. "Sayangnya gue nggak mau ngotorin tangan gue buat lakuin hal kaya gitu. Kan mumpung ada lo sebagai babu dirumah ini, jadi ya itu udah tugas lo dong!" Sahut Zeelana sembari melewati Teena dengan gaya angkuhnya, tak lupa ia mengelus bahu Teena pelan.

Teena menepis tangan Zeelana dengan kasar. "Jangan pernah sentuh gue bangsat!"

Plaaakk!

Suara tamparan itu terdengar nyaring di ruangan tengah rumah Teena. Ya, Tari baru saja menampar Teena dengan keras membuat sudut bibir Teena mengeluarkan darah segar. Kilatan amarah sungguh terlihat dimata Tari sekarang.

"Jaga ucapan kamu, dasar anak nggak tahu diri! Masih mending mama kasih tempat tinggal disini. Makin hari kamu makin ngelunjak ya? Udah bosen tinggal di rumah ini hah!? Zeelana itu adik kamu, harusnya kamu sayangi dia bukan malah kamu bentak dia!"

Cih! Adik katanya? Sebenarnya siapa yang berperan sebagai anaknya disini? Dirinya atau malah Zeelana? Orang asing yang tiba-tiba datang dan membuat semuanya jadi seperti sekarang, hanya anak pungut yang tiba-tiba mengambil semua yang ia punya dan menjadi ratu dirumah ini, sedangkan dirinya malah menjadi babu?

"Mah, jangan tampar dia dong," kata Zeelana mendramatis sekali membuat Teena kembali geleng-geleng kepala.

"Dia udah keterlaluan sama kamu Lana, udah sekarang kita shopping aja, kita seneng-seneng, kita nyalon biar makin cantik." Mata Tari berpindah menatap Teena.

"Kamu, bersihin rumah, jangan lupa baju dibelakang numpuk buat disetrika. Belanja buat keperluan dapur!" Lagi-lagi Teena menghela nafasnya.

"Teena nggak ada uang."

"Nggak usah bohong kamu! Mama liat kamu masukin uang ke laci meja belajar kamu, nggak mau tahu. Mama pulang semuanya harus udah bersih!"

"Kak, PR gue lo kerjain sekalian ya? Lo kan pinter tuh, bisa lah kerjain sekalian punya gue, sama sepatu gue lo cuci in ya? Udah kotor soalnya tadi habis praktek cocok tanam." Ujar Zeelana tidak sopan.

ARLOJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang