" Hidup harus optimis, tapi juga harus logis. Karena tindakan tanpa pemikiran adalah suatu kebodohan dan pemikiran tanpa tindakan adalah kesia-siaan"
~Deonaro Rean Grahasha~
---------------------------------------------------------Arfathan berdiri didepan cermin, memperhatikan wajahnya seksama.
"Ganteng kok, apa nya yang kurang ye?" Monolog nya. Ia berputar kesana-kemari, tapi tak ada yang aneh menurutnya.
"Ck! Peletnya Teena gedhe banget heran, bisa suka pandangan pertama ey!" Arfathan memukul kepalanya pelan.
"Astaghfirullah!" Ia mendudukkan dirinya di atas ranjang. Melirik arloji ditangan kiri nya. Masih pukul lima, tapi ia sudah rapi dengan seragam sekolah nya.
Arfathan beranjak mengambil Al Qur'an di atas nakas, sepertinya ini pilihan terbaik untuk mengulang hafalannya. Lagi pula diluar masih gelap, sarapan pun tak enak. Lumayan kan dapat pahala? Jangan lupakan, Arfathan seorang penghafal Al-Qur'an meskipun tingkah nya rada begitu.
Arfathan mulai membaca ayat Alquran dengan tenang.
Inna fatahnaa laka fathammubiinaa
Liyaghfira lakallahhumaa taqaddama miindambika wa maa ta akhhara wa yutimma ni' matahuu 'alaika wa yahdiyaka siraatam mustaqiimaa⏰⏰⏰
Jam menunjukkan pukul 06.15, Arfathan buru-buru menaruh Alquran dan menyambar tas nya untuk turun kebawah.
Ghayda selaku ibu Arfathan yang melihat anaknya turun tergesa-gesa pun menegurnya.
"Pelan-pelan nak, nanti jatuh!" Arfathan hanya nyengir kuda.
"Iya Bun." Ghayda memberikan satu gelas susu coklat hangat pada Arfathan, cowok itu segera menerima dan menghabiskan susu tersebut.
"Buru-buru gitu mau kemana si El?, Adik kamu aja baru selesai mandi tuh!" Ujar Ghayda sembari menunjuk Arana yang baru saja masuk kamar.
"Mau main basket bun." Sahutnya, ia mencomot roti tawar di atas meja.
"Kak! Gue berangkat bareng lo ya!?" Teriak Arana nyaring membuat Arfathan tersedak.
"Setan, lo ngomong toa amat si!?" Pekik Ardefhan geram, ia baru saja keluar dari kamarnya.
Arfathan punya dua orang adik, satu perempuan yang bernama Arana Rafaella Putri dan satu adik laki-lakinya, Rafael Ardefhan Idzyraf. Kedua adiknya itu memang bar-bar, apalagi Arana, Ardefhan itu pendiam tapi sekalinya berbicara nyelekit ey, ya meskipun ia suka berteriak tak jelas.
"Defhan, udah biarin kakak kamu, sarapan dulu sini." Ardefhan mengangguk. Ia mengambil dua centong nasi dan sayur sop sosis kesukaannya. Arfathan dan Ardefhan itu sama-sama tidak bisa sarapan pagi jika bukan sayur yang berkuah. Berbeda dengan Arana, apa saja bisa ia makan.
"Ayah mana Bun?" Tanya Arfathan disela mengunyah makanan nya.
"Di kebun tuh, lagi panen buah naga."
"Oiya, ntar El pulang malam Bun. Mau ke toko." Ijin Arfathan pada Ghayda. Bundanya tersenyum.
"Iya, jangan kemalaman pulang nya." Katanya mengingatkan. Arfathan mengacungkan jempol nya.
"Rana buruan!" Teriak Ardefhan membuat Arfathan lagi-lagi tersedak. Ia menggelengkan kepalanya heran, kenapa adiknya tidak ada yang benar? Ia mengelus kepala Ardefhan pelan.
"Nggak usah teriak-teriak, nih roti ampe nyangkut di tenggorokan gue!" Ardefhan hanya mengendikkan bahunya cuek.
"Berisik banget si lo! Gue lagi pakai kaos kaki, nggak usah teriak-teriak!" Arana datang sembari menenteng tas dan sepatu ditangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/280882251-288-k433618.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLOJI
RomanceIni tentang cerita cinta sepasang manusia. Bisa dibilang, cukup menyebalkan bagi Afsheen Fateena Aqilla, seorang ketua OSIS pada salah satu SMA yang ada di ibu kota. Cewek dingin, jutek, seperti es batu, dan tak tersentuh seperti Fateena harus berha...