Arfateena 4

11 11 1
                                    

     " Jika mereka mengatakan kamu lemah, tunjukkan saja pada mereka bahwa kamu kuat angkat galon "
            ~ Rafael Arfathan Idyraf ~
------------------------------------------------------

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, Teena segera keluar dari kelas, cuaca hari ini terlihat mendung. Sepertinya ia harus cepat-cepat pergi ke parkiran, karena mengingat sekolah ini sangatlah luas dan jarak kelas menuju parkiran pun cukup jauh.

Begitu juga dengan Arisha, gadis itu kini tengah berlari dengan membawa tas diatas kepalanya agar tidak terkena air hujan. Tanpa sadar, para murid laki-laki kini tengah menatap bajunya yang basah hingga sedikit tembus.

Rean yang berjalan dibelakang nya pun mendengus malas. Ia segera melepas jaketnya. Dan berjalan mendekat pada Arisha.

"Tunggu." Arisha menghentikan langkahnya sejenak, ia berbalik menatap seseorang yang memanggilnya.

"Apa?" Tanpa menjawab pertanyaan Arisha, Rean memakaikan Jaket itu pada tubuh Arisha membuat Arisha sedikit terkejut, ia menahan nafasnya kala wajah Rean kini berdekatan dengan wajahnya. Arisha menatap lekat laki-laki dihadapannya itu. 

Merasa diperhatikan, Rean pun menatap Arisha sejenak. Cowok itu meniup wajah Arisha pelan.

"Nafas, mati aja ribet gue." Rean segera berlari menuju motornya. Tanpa memperdulikan Arisha yang masih mematung disana. Kini gantian Arisha yang berbalik, ia menatap Rean yang kini sudah menancap gas motornya.

"Itu cowok dari deket ternyata ganteng ye?" Gumamnya pelan, ia kemudian melirik jaket di bahunya. Mencium aroma parfum lelaki itu.

"Wanginya minta dikawinin!" Pekiknya girang, ia buru-buru masuk kedalam mobil.
                             ⏰⏰⏰

Kini tinggal Arfathan dan kawan-kawan nya yang masih setia didalam kelas, biasalah mereka akan setoran terlebih dahulu.

"Ar! Gue udah nih, balik yak? Adek gue mau les soalnya." Pamit Nando, Arfathan mengacungkan jempol nya tanda ia mengijinkan.

"Wa maa yudriikala 'allahuu yazzakka." Bunyi lantunan Al-Qur'an menggema dikelas MIPA 1, kelas Arfathan dan Rean.

Ya, setoran yang dimaksud adalah menyetorkan hafalan mereka, bagi yang bukan muslim diperbolehkan untuk pulang terlebih dahulu, kebetulan Rean sedang ada urusan jadi ia pulang cepat.

Biasanya setoran dimulai setelah pulang sekolah dan setelah sholat isya. Jangan tanyakan tentang hafalan Arfathan, ia sudah khatam Al-Qur'an. Alhamdulilah, ia mendirikan genk Al Grixen bukan tanpa sebab, awalnya pun ia dan Rean hanya mempunyai anggota yang sedikit, itu pun tidak semuanya waras.

Tidak semua anggotanya adalah orang kaya, malah kebanyakan mereka orang sederhana. Arfathan mengijinkan seseorang untuk masuk genknya agar mereka mau berubah menjadi lebih baik lagi.

Terbukti dari 240 anggota sudah ada sekitar 70 anggotanya yang juga sudah khatam Al-Qur'an. Tidak semua dari mereka alim ya kawan, ada kok yang rada-rada anu sedikit. Hehehe...

Setelah selesai setoran, Arfathan dan yang lainnya pun meninggalkan sekolah yang sudah mulai sepi.

Mata Arfathan menyipit kala melihat mobil berwarna merah yang masih terparkir di parkiran. Bukan kah itu mobil Teena? Kebetulan sekali motornya tak jauh dari mobil Teena. Hujan juga mulai reda dengan sendirinya.

Ia sedikit merunduk kala melihat ban motornya kempes. Sepertinya tadi masih baik-baik saja? Ia menoleh pada mobil Teena yang berada disampingnya. Terlihat cewek itu sedang memainkan ponselnya.

Meminta bantuan pada Teena sepertinya bukan cara yang baik, ia segera mengeluarkan ponselnya untuk memesan ojek online.

Biip

"Shut! baterai nya low. Naik angkutan umum masih ada nggak ya?" Monolog nya, ia melirik jam dipergelangan tangannya, pukul lima sore, sepertinya masih ada.

Baiklah sekarang ia harus menunggu di halte depan. Teena yang sedari tadi berada di dalam mobilnya pun menoleh mendapati Arfathan yang kini mulai berjalan menuju halte.

Entah angin dari mana, ia turun dari mobilnya dan mengejar Arfathan.

"Lo!" Panggilnya sedikit keras. Arfathan menoleh sembari menampilkan senyum manisnya seperti biasa.

"Ada apa?" Tanyanya sopan. Teena berdeham pelan.

"Bareng gue aja." Alis Arfathan mengerut, ini Teena mengajaknya pulang bersama kah?

"Kamu ngajak ak---" ucapan nya terpotong kala Teena menatapnya tajam.

"Masuk!" Titahnya malas. Meski ragu Arfathan kemudian berjalan mengekori Teena.

Ketika Teena sudah menyalakan mesin mobilnya ia kemudian menoleh pada Arfathan yang masih berdiri di luar. Ia berdecak kesal.

Teena menurunkan kaca mobilnya.

"Ngapain?" Tanyanya. Arfathan menggaruk tengkuknya yang gatal.

"Anu, aku duduk didepan atau dibelakang?" Tanyanya gugup. Teena memutar bola matanya jengah.

"Diatas, terserah lo buruan!" Sungguh Teena merutuki kebodohannya. Sepertinya ia salah mengambil langkah, tapi yasudah lah mau bagaimana lagi?

Arfathan membuka pintu mobil belakang membuat alis Tenna mengerut.

"Ngapain lo dibelakang? Lo kira gue supir Lo?" Tanyanya sembari menatap Arfathan dari kaca dengan tatapan sinis.

"Yaudah kamu dibelakang aja biar aku yang nyetir." Katanya dengan senyum yang terpatri diwajahnya. Mau tidak mau Teena pindah kebelakang.

Kini Arfathan sudah duduk di kursi kemudi. Ia segera menjalankan mobil Teena.

Selama perjalanan keduanya hanya diam saja, Teena sesekali melirik pada Arfathan yang sedang fokus menyetir.

"Mampir warung nasi Padang dulu." Perintah nya. Arfathan mengangguk saja, ia kembali fokus menyetir. Sungguh dirinya sejak tadi menahan untuk tidak melirik kebelakang, entah kenapa saat berdekatan dengan Teena ia merasakan hawa yang berbeda dari biasanya.

                              ⏰⏰⏰

Setelah mengantar Arfathan, Teena segera kembali kerumahnya. Mengingat banyaknya pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan sebelum orang tuanya memarahi dirinya.

Ia melempar tasnya ke atas kasur, cewek itu segera mengganti seragamnya. Hari ini cucian kotor sungguh menumpuk sekali, belum lagi ia harus membereskan rumah yang sungguh besar ini.

Lain halnya dengan Arfathan, kini ia tengah tersenyum menatap dirinya di pantulan cermin. Teena sangat manis sekali hari ini. Jarang-jarang seorang Teena mau memberinya tumpangan seperti tadi.

Arfathan merebahkan tubuhnya diatas kasur, ia meraih ponselnya menatap pesan yang baru saja masuk.

Ael

Tiap pulang sekolah, Teena selalu beli makanan dan bagiin makanan ke anak-anak yang dia temuin dijalan, tiap hari Rabu dan Sabtu dia selalu ke taman buat lukis, Senin dan Selasa dia ada les musik, dan Kamis Jumat dia ke panti. Tugas Lo terus pantau dia.

Arfathan mengangguk sebagai jawaban, meskipun orang itu juga tidak akan bisa melihatnya. Entah kenapa semakin hari ia semakin dibuat penasaran oleh seorang Afsheen Fateena Aqilla.

# hai balik lagi sama aku, huhu maaf ya akhir-akhir ini jarang bgt update, soalnya tugas sekolah numpuk bgt 🙈🙈🙈

# oiya kayanya aku bakal buat cerita tentang Arisha dan Rean, menurut kalian gimana?

# jangan lupa untuk vote and coment ya...

# stay healthy ❤️❤️❤️





ARLOJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang