Arfateena 10

6 9 0
                                    

" Sehebat apapun saya mencoba mencintai orang lain, pemenang dari cerita ini tetap kamu. Malangnya hati ini tak mau mengganti tokoh utamanya "
~ Rafael Arfathan Idyraf ~

---------------------------------------------------------
"A'udzubillah himinasyaitaanirrajiim bismillahirrahmanirrahim.

Hal ataaka hadiitsul ghaasiyyah

Wujuuhuy yaumaidzin khaasi 'ah

Aamilatunnaasibah

Tashlaanaaran haamiyah

Berlanjut hingga Leon menyelesaikan satu surat Al-Gasyiyah. Zhico menatap Leon lamat-lamat, dirinya saja baru sampai Al-Balad itu pun masih macet.

Leon tersenyum miring melihat Zhico yang kini terlihat sedang berpikir keras.

"Ayo Co, giliran lo nih!" Zhico menoleh menatap Devril kesal.

"Diem lo ah!" Semprot nya, pasalnya ia sedang mengingat kembali bagian tengah surat yang sering terlupakan.

Arfathan menepuk pundak Zhico  menyuruhnya memulai.

"Ayo," ujarnya. Zhico menggeleng belum siap.

Zhico mendekati Arfathan dan berbisik ditelinga sang ketua. "Gue lupa ayat tengah Ar, elah!"

Arfathan berdeham pelan." Mulut lo bau jengkol Co!" Celetuk nya kesal. Zhico hanya nyengir kuda.

"Tadi kan di warung mak Leni habis makan jengkol Ar." Arfathan menggelengkan kepalanya heran.

"Buru!" Desak Arfathan gemas.

"Ekheemmmm! Bau-bau nya ada yang kaga bisa nih lawan gue?" Ledek Leon membuat Zhico meliriknya sinis.

"Diem lo, gue mau mulai ini!" Sewotnya.

Devril terkekeh geli melihat Zhico, sepertinya temannya itu sedikit gugup.

Zhico mulai membaca surat selanjutnya. Baru sepuluh ayat, Zhico sudah lupa ayat selanjutnya. Hal itu membuat Devril refleks tertawa.

"Jangan ketawa Dev!" Ujar Arfathan memperingati, Devril membekap mulutnya gemas melihat wajah komuk Zhico.

"Bentar gue lupa," ia mencoba mengingat lagi ayat selanjutnya. Sial! Dirinya benar-benar lupa, sepertinya kali ini Zhico harus menerima hukuman dari Leon.

Leon menyeringai lebar melihat Zhico tak bisa melanjutkan ayat selanjutnya.

"Wleeee gue menang! Uhuyy!" Leon bersorak gembira, ini adalah kali ketiga dirinya bisa lancar satu surat penuh.

Zhico mencibir malas, sudah lah ini hanya hukuman biasa. Tidak terlalu berat juga untuk ukuran dirinya.

"Ayo buru lepas tu celana lo, gue udah ga sabar liat lo muter-muter di lapangan."

Zhico mengacungkan jari tengah nya kesal."Pakyu singa!"

Leon terkekeh, ia melemparkan celana kolor Barbie diwajah Zhico.

Zhico memungut celana itu, matanya melotot, apa-apa an ini? Kenapa jadi celana Barbie!?

"Kok Barbie sih!?" Tanyanya kesal, jika Upin Ipin dirinya masih tak masalah. Ini kenapa? Jika nanti ada Savana yang melihat dirinya bisa jelek citra Zhico didepan sang calon pacar.

ARLOJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang