FARAH : 8

8.1K 577 1
                                    

Eh, itu siapa?

"Iya, Far, cewek gue namanya Evelyn. Cantik banget sumpah. Bule Jerman seksi abis dah, EH! FARAH LO GILA APA!"

Kipli menjerit ketika gue menancap gas berkecepatan penuh. Gimana gue nggak panik ngeliat dua orang berantem di jalanan. Sampai berdarah-darah gitu lagi. Apalagi pas gue liat sekilas, salah satu dari mereka adalah Keenan. Dan gue gabisa melihat wajah lawannya yang mengenakan jaket kulitnya yang terus menghajarnya dengan bogem mentah.

"FARAH! BERHENTI NGGAK?! KALAU NGGAK KITA BISA MATI!" Kipli terus berteriak ke gue. Ia menggenggam sabuk pengamannya erat-erat dan napasnya terdengar tidak karuan. Kipli hampir jantungan nih kayaknya.

Tapi, gue tambah panik ketika melihat Keenan sudah tepar di jalanan. Kenapa gue khawatir banget ya sama Keenan?. Ah, anggep aja Keenan temen gue. Masa temen gue dihajar orang gitu gue nggak panik. Tapi, gue kan benci sama tuh mayat hidup yang nyebelin.

Aduh, gue bingung.

Mungkin, ini saatnya gue beraksi sebagai seseorang yang menyelamatkan musuhnya sendiri.

Setelah sampai ke destinasi tempat Keenan 'tepar', gue langsung berlari turun dan mengguncang-guncangkan Keenan. Gue meringis melihat darah yang banyak yang keluar dari bibirnya dan memar biru di sekujur tubuhnya.

"Astaga! Farah itu siapa?!" Kipli keluar dari mobil dan menjerit kayak emak-emak rempong.

Gue memutar bola mata kesal. "Kak! Cepetan bawa dia ke mobil! Kita harus ngobatin dia!".

"Oke! Oke!"

*

Kipli menyetir mobil dengan tergesa-gesa. Tapi ia tidak mengatakan apapun. Ia mengawasi gue dari kaca spion tengah, matanya seperti berbicara. Kami berbicara dengan kontak mata. Gue membersihkan darah yang terus mengucur dari sudut bibir Keenan. Sudah banyak tisu yang habis.

Gue rasa, Keenan belum sepenuhnya pingsan. Tapi, matanya tidak membuka. Dia seperti mengigau, ada gitu orang pingsan mengigau. Gue memerhatikan wajahnya lekat-lekat. Sangat mendebarkan melihat wajahnya dari dekat seperti ini. Entah kenapa baru kali ini gue ngeliat muka cowok sebersih dan sepucat ini. Wajahnya pucat. Namun, alis matanya yang berwarna hitam memanjang, bulu matanya yang begitu lentik, hidungnya yang mancungnya naujubileh dan bibir tipisnya yang pucat...

"Far, mau dibawa kemana nih, orang?" Kipli akhirnya berbicara.

Iya ya, mau dibawa kemana nih orang. Ih, gue kenapa sih, ngeliatin nih mayat hidup gini amat. Gue tersentak kaget ketika menyadari kelopak mata Keenan yang sudah membuka. Mata hitamnya menatap ke depan. Gue emang nggak memangkunya, cuma mendudukkannya di sebelah gue. Tangannya mencengkram lengan gue yang membersihkan lukanya.

"Far?" panggil Kipli lagi.

"Kita...pulang aja," putus gue akhirnya. "Keenan? Lo gapapa?"

"Oh, dia udah sadar?"

Keenan masih tidak bereaksi apa-apa. Gimana gue bisa lupa sama reaksi lemot si mayat hidup ini.

"Terima kasih..." Deg! Gila ini orang bisa bilang makasih juga.

Perlahan, ia menoleh ke arah gue dan tersentak kaget melihat gue. Tapi, dia masih berposisi seperti itu, sampai tangannya menepis tangan gue yang memegang tisu hasil membersihkan lukanya dan berkata sinis, "Tidak perlu berlagak menyelamatkan."

Gue memelototkan mata gue ketika mendengar nada sinisnya itu. Mata hitamnya menatap gue dengan hitamnya seperti jurang nggak berujung. Ini orang kenapa sih, tadi bilang makasih, sekarang sinis gitu. URGGGHHH MASIH UNTUNG YA GUE TOLONGIN LO!.

"GUE BENCI ORANG KAYAK LO!" Gue segera membuka pintu mobil yang sudah berhenti di depan rumah dan membantingnya keras-keras. Gue berlari masuk ke rumah. Bisa gue dengar Kipli teriak ke gue, "FAR! INI ORANG MAU DIAPAIN NIH?".

Bodo amat, rese.


Hello, Keenan! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang