"Aaaahhhh!" Chayoung berteriak sekeluarnya ia dari kamar mandi. Gadis itu terkejut mendapati seorang laki-laki yang bertelanjang dada berada di dalam kamar pribadinya.
"Apa yang Kau lakukan di kamarku? Kenapa Kau tidak memakai baju?" selidik Chayoung pada laki-laki yang kini tengah berjalan ke arahnya.
"Kau lupa? Pagi tadi kita menikah. Kita sudah resmi menjadi suami-istri. Sekarang badanku sangat gerah, apa Kau sudah selesai memakai kamar mandi? Menyingkirlah, aku ingin mandi."
Laki-laki itu nampak santai memasuki kamar mandi, melewati Chayoung yang tengah mematung mencerna kata-kata yang baru saja ia dengar.
"Oh my God! Aku sudah menikah? Dengan Park Juhyeong? Kapten tim basket universitas?" ujar Chayoung dalam batinnya.
*****
Chayoung sudah berganti baju. Ia mengenakan baju tidur biru kesayangannya. Lengan dan celananya panjang, kainnya halus, terasa sejuk dan nyaman saat dikenakan. Gadis itu duduk dengan gusar di atas kasurnya. Ia menyenderkan punggungnya di kepala ranjang, menarik selimut hingga setinggi dada, dan mendekap erat boneka beruang besar di depannya. Berkali-kali ia melemparkan pandangannya ke arah kamar mandi. Menunggu seseorang keluar dari sana yang sudah sedari setengah jam yang lalu menghilang di balik pintu.
Kreett
Pintu itu akhirnya terbuka. Seseorang yang Chayoung tunggu-tunggu akhirnya menampakkan wujudnya yang kini tampak lebih segar ketimbang beberapa waktu yang lalu.
"Juhyeong-ah, bagaimana bisa kita menikah?"
"Di mana kita menikah?"
"Apa orangtuaku datang ke pernikahanku?"
"Jangan-jangan kau berbohong? Kau membawaku lari dan menikahiku secara paksa?" Chayoung benar-benar memberondong Juhyeong dengan pertanyaan yang tak ada habisnya.
Juhyeong yang tengah menggosok rambut basahnya dengan handuk nampak menarik nafas panjang guna menahan kesabarannya.
"Hong Chayoung, kau benar-benar pikun."
"Apa? Apa maksudmu?" Chayoung semakin bingung dengan apa yang sebenarnya tengah terjadi.
Juhyeong mendudukkan tubuhnya di atas sofa panjang yang menghadap ranjang di mana Chayoung berada. Ia menatap lembut ke arah mata gadis itu, mencoba menenangkan kebingungan yang tengah Chayoung rasakan sembari berpikir menyusun kalimat penjelasan.
"Pagi tadi pukul 9 kita sudah menikah di Gedung Ethernal. Kalau kau tidak percaya, kau bisa memeriksa handphone-mu."
Seketika itu juga Chayoung membuka ponselnya. Ia mengarahkan telunjuknya menuju galeri. Benar saja, banyak sekali foto-foto dirinya dan Juhyeong yang nampak seperti pasangan pengantin baru. Ia terlihat cantik mengenakan gaun putih, rambutnya dihias sedemikian rupa, dan tangan lentiknya menggenggam sebuah bunga. Sedangkan di sampingnya, teman kampusnya itu begitu tampan dengan warna senada. Mereka tersenyum bahagia menghadap kamera guna mengambil foto bersama.
"Jadi, kita benar-benar sudah menikah?" tanya Chayoung yang masih butuh diyakinkan.
"Lihatlah tangan kirimu."
Chayoung membelalakkan matanya ketika melihat sebuah cincin melingkar di jari manisnya. Ia lalu melemparkan pandangannya pada Juhyeong yang tengah mengangkat tangan kirinya, menunjukkan bahwa cincin yang sama juga ia miliki.
"Jadi itu benar."
"Memang benar."
"Lalu, di mana Appa?" tanya Chayoung.
Juhyeong tergelagap. Ia mengambil sebuah kotak dan segelas air di nakas samping ranjang. Ia mendudukkan dirinya di depan gadis itu yang berusaha tetap menjaga jarak.
"Chayoung-ah, Kau belum meminum obatmu hmm? Dokter akan marah jika Kau tidak disiplin seperti ini," Juhyeong berucap penuh kelembutan.
"Jawab dulu pertanyaanku."
"Kau minum dulu obatmu, nanti akan kujelaskan," ujar Juhyeong meyakinkan.
Gadis itu masih ragu, tapi ia menemukan sebuah kejujuran dari tatap mata laki-laki di depannya tersebut. Akhirnya ia mengalah. Mengambil obat dan menenggak habis air di dalam gelas.
"Anak pintar," Juhyeong mengusak lembut pucuk kepala Chayoung, lalu meletakkan kembali gelas dan kotak obat di atas nakas.
"Sekarang tidurlah, Kau harus beristirahat yang cukup."
Chayoung hendak memprotes, namun matanya sudah terasa berat. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Selimut itu ditarik sebatas perut oleh Juhyeong, mengusap pucuk kepala Chayoung sekali lagi dan berkata, "Selamat malam, Chayoung-ah!"
Sejurus dengan itu Chayoung memejamkan matanya. Ia tak kuasa melawan efek obat yang membuatnya mengantuk. Wajahnya terlihat damai, nafasnya teratur. Tanpa disadari, sebuah senyum terukir di wajah Juhyeong melihat gadis di hadapannya tersebut sudah terbang ke alam mimpi.
*****
Al: Halo yeorobun! Gimana-gimana chapter pertama ini? Ini tulisan pertamaku, segala kritik dan saran are welcome. Bantu aku berkembang yuk! Jangan lupa vote-nya yaa ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
MBA: MARRIED BY ACCIDENT [END]
Fanfiction"Aaaahhhh!" Chayoung berteriak sekeluarnya ia dari kamar mandi. Gadis itu terkejut mendapati seorang laki-laki yang bertelanjang dada berada di dalam kamar pribadinya. "Apa yang Kau lakukan di kamarku? Kenapa Kau tidak memakai baju?" ujar Chayoung...