Pesona Pyeongchang pagi telah menyapa. Hamparan tanah yang tertutup salju putih membentang memanjakan mata. Titik-titik hitam terlihat dari kejauhan, meninggalkan jejak di atas permukaan khas bekas langkah kaki manusia, membentuk peta yang mungkin saja bisa diikuti. Sinar matahari cerah, seolah menghangatkan tubuh-tubuh yang menggigil di tengah dinginnya salju.
Di sinilah Juhyeong dan Chayoung, menyiapkan diri untuk petualangan pertama mereka di Pyeongchang. Setelah menikmati sarapan pagi dengan khidmat, memasukkan pasokan energi untuk hari yang panjang dan menyenangkan, mereka memeriksa ulang tentang apa-apa saja yang tidak boleh ketinggalan.
"Sudah siap? Sudah pakai baju berlapis? Jaket? Sepatu?"
"Ayay, Captain! All set. Aku sudah siap!" Jawab Chayoung penuh semangat sembari meletakkan tangan kanannya pada posisi hormat.
Juhyeong tersenyum mendapati jawaban tersebut. "Nice! Kajja!" Ajaknya menggandeng tangan Chayoung keluar hotel.
Tepat di pukul 10 pagi lah kedua insan tersebut menapakkan kaki di hamparan salju putih. Keduanya sudah menyewa beberapa perlengkapan ski dan snowboard di sebuah toko rental yang ada di lantai dasar hotel.
Sepasang suami istri itu benar-benar telah siap bermain ski hari ini. Terlihat keduanya telah memakai pakaian yang sesuai; celana panjang, jaket tebal, sarung tangan, helm yang menutupi kepala mereka, serta kacamata khas skier. Oh jangan lupakan sepatu ski yang telah melekat di sebelah kanan kiri kaki mereka. Untuk membantu mengarahkan, dua tongkat tak lupa dibawa sebagai pegangan.
"Jagiya, kenapa kita tak memesan paket yang satunya?" Chayoung membicarakan paket penyewaan di toko sebelumnya.
"Itu untuk snowboarding, Sayang."
"Eoh? Apakah beda? Aku suka gambar di papannya. Sangat artistik."
"Tentu beda. Ski memiliki papan di kedua kaki dan juga tongkat untu berpegangan, sedangkan papan snowboard hanya satu saja. Papan itu yang menumpu kedua kaki pemainnya. Dan tak ada tongkat untuk menahan keseimbangan." Jelas Juhyeong. "Kalau Kau jatuh, kakimu akan susah dilepaskan."
"Eoh? Apa itu benar? Menyeramkan!"
"Tentu saja." Juhyeong menahan tawa melihat reaksi polos istrinya tersebut.
Sepuluh menit perjalanan telah mereka lewati. Perjalanan menanjaki bukit itu mereka lakukan untuk menemukan tempat yang cocok untuk berseluncur. Terlihat banyak teman perjalanan di sepanjang trek yang ada. Mereka juga memiliki tujuan yang sama, mencari kesenangan lewat permainan ski dan papan seluncur.
"Kau sudah lelah?"
"Ani, aku sudah pemanasan tadi malam." Sontak saja Juhyeong tersenyum miring mendengar jawaban perempuan cantik itu.
"Chayoung-ah, aku tak tahu Kau sekarang suka bercanda tentang hal-hal erotis."
"Apa? Aku menjawab apa adanya," tentu saja Chayoung berpura-pura polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
MBA: MARRIED BY ACCIDENT [END]
Fanfic"Aaaahhhh!" Chayoung berteriak sekeluarnya ia dari kamar mandi. Gadis itu terkejut mendapati seorang laki-laki yang bertelanjang dada berada di dalam kamar pribadinya. "Apa yang Kau lakukan di kamarku? Kenapa Kau tidak memakai baju?" ujar Chayoung...