Juhyeong berjalan tergesa menyusuri jalan berpaving segienam yang rata. Langkahnya panjang mengingat lima menit lagi kelas pertamanya di hari Senin dimulai. Ransel coklatnya nampak berlonjak-lonjak seiring dengan guncangan di tubuh sang pemikul, terlihat berat dengan isi tumpukan buku materi, catatan, dan laptop. Ya, bekal standar untuk mahasiswa master pada umumnya.
Resleting jaketnya yang semula ia biarkan terpisah, kini ia satukan dan ditutup dengan rapat. Kesalahannya menganggap remeh cuaca yang berkuasa. Beberapa hari ini ia terserang flu. Lendir di hidungnya kian mudah menetes, bersin-bersin juga seolah tak mau kalah menghinggapi tubuh Juhyeong. Apa yang ia pikirkan? Ini musim gugur, tentu saja suhu akan terasa dingin. Belum lagi angin yang menerbangkan rambut-rambut ikalnya yang tak nampak rapi.
9.58 AM
"Shit!" Juhyeong kini berlari menaiki tangga. Terlalu lama menunggu lift terbuka, pikirnya. Ia hanya punya dua menit lagi sebelum kelas dimulai.
"You good, Man?" Tanya seorang laki-laki sesaat setelah Juhyeong mendudukkan diri di kursi sebelahnya.
Ia masih mengatur napasnya yang terengah, menoleh ke sebelah kanannya dan menjawab pertanyaan dari teman akrabnya tersebut.
"I'm fucked up. But, you see? I'm still alive." Kedunya tertawa.
Sejurus dengan itu, Professor William Clark tiba dan segera memulai kelas di program Master of Business Administration tersebut.
*****
Bel yang tergantung di pintu utama berbunyi, pertanda seseorang memasuki ruangan tersebut. Sebuah ruangan yang berfungsi sebagai cafe, yang memiliki interior hangat dengan tema warna utama krem. Nampak seorang laki-laki berdiri di sana, membawa tubuhnya langsung menuju bangku di sudut ruangan, menghadap kaca besar yang juga menantang jalanan di depannya.
Ia merenggangkan kedua lengannya ke atas kepala, menariknya lurus hingga ke ujung. Jemari di kanan kirinya ia tautkan. Lalu dibaliknya tautan itu hingga bunyi-bunyi renyah keluar dari kesepuluhnya. Dirasa puas, lehernya kini jadi tujuan. Ditekuknya leher itu ke kiri dua kali dan ke kanan tiga kali. Ah, melepas ketegangan memang yang paling memuaskan.
Diliriknya arloji di lengan sebelah kiri, pukul lima sore. Tumben sekali dia sudah tiba di sini saat waktu masih menunjukkan sore hari. Tak apa, barangkali hari ini ia akan bisa tidur lebih awal. Siapa yang tahu?
KAMU SEDANG MEMBACA
MBA: MARRIED BY ACCIDENT [END]
Fiksi Penggemar"Aaaahhhh!" Chayoung berteriak sekeluarnya ia dari kamar mandi. Gadis itu terkejut mendapati seorang laki-laki yang bertelanjang dada berada di dalam kamar pribadinya. "Apa yang Kau lakukan di kamarku? Kenapa Kau tidak memakai baju?" ujar Chayoung...