12. Who dis?

781 70 11
                                    

Program magang bagi para mahasiswa Jurusan Sastra Inggris di Meosjin University bukanlah hal yang tertera di program akademik kampus. Mereka tidak dituntut untuk menjalani. Jika mereka ingin, mereka dipersilakan. Jika pun tidak, itu sepenuhnya tak masalah. Asalkan proses magang itu tak mengganggu perkuliahan yang telah mereka ikuti sejak awal semester baru.

Namun Chayoung dan Taeri telah bertekad untuk memaksimalkan masa kuliah mereka dengan baik. Menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah priviledge karena tak semua orang bisa menyandang status tersebut. Maka dari itu sungguhlah rugi mereka yang menyia-nyiakan masa muda dengan tidak memberikan yang terbaik. Begitu pikir mereka.

Magang di perusahaan terjemahan yang mereka jalani hanya dilakukan di Hari Selasa, Kamis, dan Jumat karena di hari-hari itu lah mereka tidak memiliki jadwal perkuliahan. Maklum, biasanya di tahun terakhir, yaitu semester 7 dan 8, mata kuliah yang harus diambil sudah berkurang drastis, tinggal beberapa saja. Mengapa Chayoung dan Taeri memiliki jadwal yang sama? Tentu saja karena mereka sudah bersepakat, mereka bahkan sudah menyamakan jadwal kuliah sejak semester 3. Bukankah itu yang dilakukan para mahasiswa bersama teman satu sirkelnya?

Hari Kamis nampaknya menjadi hari yang cukup berat bagi Chayoung dan Taeri. Sedari pagi, mereka sudah dihantui oleh  dokumen terjemahan yang menumpuk. Taeri bergelut dengan  dokumen hukum berbahasa Korea yang harus ia terjemahkan ke Bahasa Inggris. Sedangkan di divisi lain, Chayoung harus melakukan proofreading dan proses editing bagi dokumen-dokumen yang sudah diterjemahkan oleh divisi penerjemahan. Ya, Chayoung sudah ditarik ke divisi baru sejak awal minggu ini.

"Nee?"

"Noona, aku sedang berada di dekat kantormu. Apa Kau mau makan siang bersama?" Tanya seseorang di seberang telepon.

"Jinja? Apa yang sedang Kau lakukan di sekitar sini?"

"Aku baru saja mengerjakan tugas kelompok di perpustakaan kota."

"Memangnya di kampusmu tidak ada literatur yang Kau cari?"

"Ani, hanya sedang ingin mencari suasana baru untuk belajar. Hehe."

"Aigoo Kau ada-ada saja. Baiklah, jam 12 kita bertemu di Subway depan kantor."

"Oke, Noona. Sampai nanti!"

*****

Dua sosok mahasiswi terlihat sudah duduk berdampingan di dalam tempat makan cepat saji. Meja mereka masih kosong, sedang keduanya sibuk dengan telepon seluler masing-masing. Nampaknya mereka menunggu seseorang.

"Chayoung Noona! Apa sudah lama menunggu?" Sapa seseorang yang sedari tadi ditunggu.

"Ah, Hanseo-ah. Ani, kami baru lima menit di sini." Laki-laki itu pun duduk di seberang meja sepasang sahabat tersebut.

"Syukurlah. Mianhe, aku tadi sempat salah mengambil jalan."

"Santai saja." Sanggah Chayoung ceria. "Ah, kenalkan, ini temanku, Taeri. Taeri, kenalkan, Park Hanseo, adikku." Taeri dan Hanseo pun saling mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Anyeonghaseo, Taeri Noona. Saya Hanseo, senang bertemu dengan Noona." Sapa Hanseo ramah.

"Halo, Hanseo. Aku Lim Taeri. Ah, apakah Kau adik Park Juhyeong?"

"Ye, benar sekali, Noona. Saya adik Juhyeong Hyung."

"Wah, kalian memang memiliki gen yang unggul. Sama-sama tampan." Ucap Taeri polos yang membuat Hanseo tersipu. Bagaimana tidak, ia dipuji di depan mata oleh gadis cantik yang bahkan baru ia temui untuk pertama kalinya.

"Aishh, jangan begitu. Dia bisa besar kepala." Cercah Chayoung. "Sebaiknya kita pesan makanan sekarang, perutku sudah berbunyi sedari tadi." Ajakan itu pun disetujui oleh dua lainnya.

MBA: MARRIED BY ACCIDENT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang