TRING
Sebuah pesan masuk ke handphone Chayoung dan membuat moodnya berubah seketika.
"Chayoung-ah, mari makan bersama keluargaku malam ini."
Pesan dari Daewoon itu belum juga ia balas. Ia masih memikirkan tindakan yang tepat atas undangan tersebut. Haruskah ia menolaknya? Atau lebih baik menerimanya saja? Bagaimana mungkin ia baru saja saling mengatakan cinta dengan suaminya, lalu sehari kemudian Chayoung sudah pergi makan malam bersama laki-laki lain beserta keluarganya? Pikiran yang berkecamuk itu terus mengganggunya, hingga Juhyeong menangkap gelagat itu.
"Ada sesuatu yang mengganggumu?" Tangan kanannya mengusap lembut tangan kiri Chayoung yang sedari tadi ia genggam. Sedangkan tangan kirinya fokus mengendalikan kemudi.
"Haruskah kukatakan?" Batin Chayoung. "Ah, aku hanya gugup menghadapi kelas Prof. Ryu," ucapnya bohong.
Mobil yang mereka tumpangi itu kini sudah berhenti di area parkir kampus. Juhyeong mematikan mesin dan melepaskan sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya.
"Kau akan baik-baik saja. Bukankah Hong Chayoung adalah mahasiswa teladan di Jurusan Sastra Inggris?" Laki-laki itu berusaha memberi semangat pada Chayoung yang dibalas dengam senyuman oleh gadis itu.
*****
"Good morning, everyone!"
"Good morning, Prof!" Jawab kelas serempak.
"As written on your syllabus, today's material is analysing a short story using literary theories."
"Have you read the material?" Tanya Sang Professor yang dibalas dengan keheningan.
"Why does everyone so quiet?"
"Haven't I told you that noone could join my class with empty head?" Suaranya mulai meninggi.
"Miss Hong, you are the leader of this class. Have you reminded your classmates to read the material I gave?" Kali ini pertanyaan menusuk tepat pada Chayoung.
"I have, Prof." Ujarnya lirih.
"Then why everyone is so quiet when I asked?" Professor Ryu mengalihkan perhatiannya pada seluruh mahasiswa yang hadir di ruangan itu.
"For those who have read the material, raise your hands!" Terlihat segelintir penghuni kelas mengangkat tinggi tangan mereka.
"Woah, only this?" Dari total 40 mahasiswa, hanya sekitar 8 yang mengangkat tangan, termasuk Chayoung dan Taeri. "Then does it mean the rest haven't?" Pertanyaan itu lagi-lagi dijawab hanya dengan keheningan.
"Woah, daebakk! Baru dua kali pertemuan tapi kalian selalu memberikan kesan yang istimewa kepadaku." Professor Ryu sampai melepas kacamata dan memegang pangkal hidungnya melihat kenyataan tersebut.
"I will give you the first and last chance. I will forgive you guys this time. But the next you didn't read the material before joining my class, then no excuses. Get out of my class!"
Professor Ryu memberi mereka waktu 20 menit untuk membaca cerita pendek dan teori yang telah ditentukan. Ruang kelas itu hening, hanya terdengar gesekan kertas dalam buku yang dibalik oleh para mahasiswa kala membacanya. Di sisi lain, Chayoung benar-benar merenungi apa yang mereka pelajari hari ini.
Interpreter of Maladies karya Jhumpa Lahiri, sebuah karya antologi cerpen yang berisi banyak cerita berbahasa inggris yang terbit pada tahun 1999. Jhumpa Lahiri sendiri adalah seorang penulis keturunan India yang bermigrasi ke Amerika di usia kecil mengikuti keluarganya. Inilah yang menjadi topik pembahasan mereka hari ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/281491408-288-k983401.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MBA: MARRIED BY ACCIDENT [END]
Fanfiction"Aaaahhhh!" Chayoung berteriak sekeluarnya ia dari kamar mandi. Gadis itu terkejut mendapati seorang laki-laki yang bertelanjang dada berada di dalam kamar pribadinya. "Apa yang Kau lakukan di kamarku? Kenapa Kau tidak memakai baju?" ujar Chayoung...