Meja makan apartemen Chayoung dan Juhyeong sudah terisi dengan dua piring yang masing-masing menampung roti. Di sebelahnya berjajar sekaleng selai kacang yang tinggal separuh, dan sekaleng selai coklat yang baru saja dibuka segelnya.
Chayoung terlihat masih sibuk mengaduk dua gelas susu, sedangkan Juhyeong mengoleskan selai kacang di atas rotinya, juga selai coklat untuk Chayoung, dengan kuantitas yang banyak.
Sepasang itu duduk berhadapan dan mulai menikmati sarapan mereka dengan khidmat. Chayoung ingin menanyakan tentang pesan semalam, tapi ia masih ragu apakah itu tindakan yang benar untuk memulai hari? Ia butuh jawaban atas rasa penasarannya, tapi ia tak ingin menerima kalau-kalau kenyataannya tak sesuai dengan ekspektasinya.
"Bagaimana dengan divisi barumu, Sayang?" Chayoung ingin membuka obrolan tapi justru Juhyeong mendahuluinya.
"Ah, semuanya masih bisa kuatasi."
"Apa banyak yang membimbingmu?"
"Kukira magang adalah waktu yang tepat untuk mempraktikkan kemampuan kita. Jika kita melakukan kesalahan, ada senior dan supervisor yang akan mengingatkan."
"Lalu?"
"Sejauh ini masih aman." Ia tersenyum. "Kau bagaimana? Apa kemarin Kau melakukan kegiatan yang seru?"
"Emm, hanya bertukar jadwal dan tugas saja dengan Hanseok."
"Apa yang Kau lakukan?"
"Pergi ke beberapa sekolah untuk membuat kontrak kerja sama."
"Bersama?"
"Seniorku."
"Berdua saja?" Juhyeong menaikkan sebelah alisnya.
"Iya." Jawabnya kemudian.
Chayoung tak ingin terlihat putus asa, tapi sial dia sangat ingin tahu. "Laki-laki atau perempuan?"
Juhyeong tersenyum mendengar pertanyaan istrinya itu. "Memangnya kenapa?"
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin bertanya." Sanggah Chayoung mencoba sedatar mungkin.
"Dia perempuan." Sayatan tajam seolah baru saja tergores di hati Chayoung. "Ooh..."
"Dia hanya supervisorku, Sayang." Mengerti dengan suasana hati istrinya, Juhyeong berusaha untuk memberinya penjelasan yang tidak Chayoung katakan, tapi jelas Juhyeong tahu dia butuh.
"Apa dia yang mengirimimu pesan di tengah malam?" Chayoung sekarang menjadi pasif agresif.
"Ye? Aku belum memeriksa handphoneku sejak semalam." Laki-laki itu mengambil yang dibicarakan dan membukanya. "Ah, apa Kau memeriksanya?"
"Maafkan aku, hanya saja benda itu terus berbunyi hingga mengganggu tidurku." Rasa kesal Chayoung kini seakan berlipat melihat yang diajak berbicara malah fokus menatap layar ponselnya.
"Jangan terlalu dipikirkan. Aku pastikan kami tidak lebih dari rekan kerja, hmm?" Juhyeong kini beranjak dan menghampiri Chayoung. "Maafkan aku, aku harus berangkat lebih awal. Tim kami akan mengadakan meeting dengan CEO. Kau mau kupesankan taksi?"
"Tidak perlu, aku bisa berangkat sendiri."
"Baiklah, hati-hati di jalan. Sampai jumpa nanti malam." Ia mendaratkan sebuah kecupan di puncak kepala istrinya dan pergi ke tempat yang ia tuju.
*****
"Selamat pagi Pak CEO, selamat pagi juga teman-teman sekalian. Kami dari divisi Business Development A akan melaporkan progress kami minggu ini." Ucap leader tim dalam rapat mingguan di perusahaan tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/281491408-288-k983401.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MBA: MARRIED BY ACCIDENT [END]
Fiksi Penggemar"Aaaahhhh!" Chayoung berteriak sekeluarnya ia dari kamar mandi. Gadis itu terkejut mendapati seorang laki-laki yang bertelanjang dada berada di dalam kamar pribadinya. "Apa yang Kau lakukan di kamarku? Kenapa Kau tidak memakai baju?" ujar Chayoung...