7. Fall Together

832 77 14
                                    

"Kau sudah bangun? Sepagi ini?" Sapa Juhyeong pada istrinya yang tengah sibuk di dapur.

"Kau sendiri? Tak biasanya Kau meninggalkan ranjang jam 6 pagi."

"Ah, aku tadi tersadar saat merasa Kau tak ada di sisiku." Mendengar itu hati Chayoung seolah meleleh layaknya mentega yang diletakkan di atas penggorengan panas.

Ia membalikkan diri membelakangi suaminya. Bukan, bukan karena tak suka. Tapi demi menutupi pipinya yang bersemu merah. "Aku sudah bilang akan mengganti ramyunmu semalam."

"Kau akan memasak dalam porsi besar?" Tanyanya melihat sayuran dan bahan makanan lainnya yang sudah disiapkan di atas meja.

"Besar dan banyak," balasnya sembari tersenyum.

"Siapkan sarapan saja. Kita akan pergi hari ini." Juhyeong menghampiri Chayoung sembari mengambil segelas susu yang sudah disiapkan untuk berdua.

"Ke mana?" Tanya Chayoung penasaran. Ini Hari Minggu, memangnya cara apa yang lebih baik daripada sekadar bermalas-malasan di rumah untuk menghabiskan waktu? Cuddling with your favorite person would be a perfect way to spend Sunday, right?

"Ke rumah keluargaku. Setelah menikah kita belum mengunjungi mereka." Jawab Juhyeong setelah menenggak habis susu di gelasnya. Chayoung sempat tersentak untuk beberapa saat. Ia hampir lupa bahwa meskipun ayahnya telah tiada, ia tak akan pernah sendirian. Ia kini mempunyai keluarga baru.

"Ye, mari berkunjung." Ucapnya bersemangat.

Ia melihat Juhyeong bangkit dari kursi dan berjalan mendekatinya. Menunduk mensejajarkan dengan dirinya yang tengah duduk dan mendekatkan wajah mereka berdua. "Aigo, Kau sudah besar tapi untuk minum susu saja Kau berantakan sekali." Ujarnya sembari membersihkan sisa-sisa susu di sekitar bibir Chayoung menggunakan jarinya, kemudian menjilatnya. "Manis." Pujinya sambil berlalu.

Apa-apaan ini? Chayoung seolah terkena serangan jantung mendadak. Untuk sesaat jantungnya berhenti berdetak ketika Juhyeong berlaku seperti itu. Lalu dengan tanpa merasa bersalah ia malah berlalu begitu saja tanpa memperdulikan perasaan Chayoung yang tak karuan. "Beraninya Kau," lirih Chayoung.

*****

Sepasang suami istri itu kini telah tiba di sebuah rumah besar yang nampak asri dengan banyaknya pepohonan di sekitar. Di halaman depan tertata taman bunga yang bermacam-macam, juga di samping kirinya sebuah kolam ikan terbentang dengan air mancur di tengahnya.

Ketika Chayoung dan Juhyeong keluar dari mobil, terlihat sepasang suami istri yang sudah berumur berdiri di depan pintu utama dengan senyum lebar terpatri di wajah mereka. Benar saja, kehadiran mereka benar-benar disambut dengan hangat oleh sang tuan rumah.

"Aigo, ini dia pengantin baru kita." Ucap Sang Ayah sembari memeluk Juhyeong dan Chayoung bergantian, diikuti oleh istrinya. "Kalian apa kabar? Sudah makan? Eomma masak banyak, ayo ke meja makan." Ah, kehangatan yang selalu ditawarkan oleh seorang ibu.

"Aniyo, Eomma. Kami sudah sarapan. Lagipula sekarang masih jam 10 pagi, belum waktunya makan siang." Tolak Juhyeong halus.

"Ah, begitu. Bagaimana keadaan Chayoung-ah? Apa ingatanmu sudah kembali?" Kini perhatian itu teralih pada gadis cantik yang dibawa ke rumah itu.

"Belum sepenuhnya, Eomma. Tapi dokter bilang aku akan segera pulih." Jawabnya ramah mencoba membalas kehangatan yang telah diberikan untuknya.

"Begitu. Baiklah ayo kita masuk, adikmu sudah menunggu di dalam." Mereka pun memasuki rumah tersebut bersamaan, layaknya keluarga besar yang harmonis.

"Hyuungg!!!" teriak seorang laki-laki dari tangga dalam rumah. Laki-laki tersebut segera berhambur memeluk Juhyeong beberapa saat. "Aku merindukanmu."

MBA: MARRIED BY ACCIDENT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang