[7] UNBELIEVE

602 114 26
                                    

Gadis itu bermuram durja sembari menggembungkan pipi kesal. Mendengar suara tawa membuat diri menahan malu. Code mengejeknya habis-habisan, setelah mengetahui dirinya tidak dapat mengendarai sepeda. Lelaki itu tergelak sangat puas, tidak mengindahkan gadis di sampingnya. Mood hari ini bertambah bagus, saat mendapat perintah menjadi sopir dadakan untuk Hinata Hyuuga.

"Kau benar-benar lucu," katanya. "Aku maklumi kalau kau tidak pandai mengendarai mobil. Tapi, saat mendengar kau tidak bisa membawa sepeda. Usiamu ̶ ̶ " Membekap mulutnya agar bisa berhenti tertawa, namun yang didapatkan justru sebaliknya.

"Demi apa pun kau sangat lucu, kau kalah dari anak SD, Hyuuga."

Hinata menutup telinga, mengalihkan muka kemudian. Lelaki itu belum puas menghinanya. "Sudah hentikan," sahutnya. Tetapi itu tidak membuat Code berhenti tertawa.

"Sungguh, kau ... lucu sekali." Code menghela napas, mengusap air di sudut matanya. Ia kembali fokus mengemudi mobil, tetapi sialnya kembali tergelak. "Oke, kita sudah sampai," katanya, sembari berdeham.

"Oh, omong-omong ... terimakasih."

Gadis itu melirik dari ujung mata. Muka itu meram padam, lalu membuang muka saat mengerti arti dari ucapan terimakasih itu. Hinata bermuram durja, keluar dari mobil. Melampiaskan rasa kesalnya dengan menutup pintu kasar.

"Oi, percuma saja kau membanting pintu ini kuat. Lagi pula ini mobil Naruto-san." Dia membuang tawa lebih dulu, sebelum keluar dari mobil.

Mereka berdiri di depan rumah sederhana. Saat masuk ke dalam, banyak sekali barang-barang bekas, pula guci keramik yang memiliki ukiran meliuk-liuk. Aneh, satu kata yang terlintas dalam pikiran Hinata. Mereka seperti sedang mengunjungi rumah kuno berisi barang antik.

"Bukankah kita ke mari untuk memanggil tukang?"

"Kau tidak perlu bingung." Code berhenti mengambil langkah setelah menarik sebuah lonceng kecil yang tergantung. "Presdir berteman baik dengan pemiliknya. Mungkin karena itu, setiap mesin atau barang-barang kantor yang rusak, beliau selalu ke mari."

Mengedar pandangan kembali sembari menunggu. Mata Hinata tertuju pada sebuah patung Ojizosama, bahkan terbalut dengan kain merah seperti di kuil. Ia tersentak saat menghampiri, karena mendengar suara langkah dari belakang. Seorang lelaki berambut panjang berkucir kuda menghampiri mereka.

"Lama tidak bertemu Deidara-san," sapa Code. "Kami meminta bantuan, ada mesin fotokopi yang harus diperbaiki."

Lelaki pirang itu mendengkus kesal. Suatu kebiasaan buruk yang tidak ia sukai, dalam hal apa pun mengenai kantor, Itachi selalu memanggilnya daripada mengantar barang-barang itu ke mari. "Sudah aku katakan untuk ̶ ̶"

"Mau bagaimana lagi, kau tahu kalau ̶ ̶"

"Berhenti menyela ucapanku, sialan!" Deidara menarik bibir itu agar berhenti berbicara. Sangat menyebalkan jika ia berbicara selalu disela ̶ ̶ dengan orang yang sama. "Sialan! Aku tidak akan meladeni kalian jika seperti ini."

"Berulang kali kau mengatakan hal serupa saat aku ke mari, tapi tidak ada satu pun terjadi."

Perempatan siku muncul, Deidara kembali menggeram pada Code. Tetapi, lelaki itu tidak mengindahkan sama sekali. "Akan kuubah peraturannya; tidak akan ada perbaikan, jika kau datang ke mari."

"Bukankah kau juga selalu mengatakan demikian?"

Habis sudah kesabaran itu, ia memberikan pukulan tepat di kepala. Lelaki itu cukup terus terang, dan itu merupakan suatu hal paling menyebalkan saat ia menghadapi Code. Sialnya, ia bahkan lupa kapan mengatakan hal serupa.

UNBELIEVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang