[20] UNBELIEVE

452 88 3
                                    

Bermuram durja sembari menutup telinga. Tidak terhitung berapa kali kalimat serupa itu diucapkan oleh lelaki pirang di depannya. Code tidak bisa menutup rasa kesal pada Naruto. Sekali-sekali melirik Hinata tengah sibuk menyusun barang di meja kerja. Meja itu tidak akan lagi terisi apa-apa di sana, dan semua barang itu akan dipindahkan ke gudang.

Ia tidak lagi mengindahkan atasan yang mengomel. Pandangan hanya fokus pada gadis itu. Naruto yang sadar dengan sikap menyebalkan demikian, menarik telinga Code.

"Jangan coba-coba mengabaikanku! Coba ulang apa yang aku katakan!"

"Jangan biarkan Hinata meminum satu tetes alkohol sekali pun!" jawab Code agak malas. "Apa kau sudah siap mengomel? Kami akan terlambat karenamu." Memegang kepalanya yang berdenyut, alih-alih agar lelaki pirang itu mengerti. "Dengar, kau memperlama kami bergerak, tahu!"

Naruto tersentak. Berdeham menutup rasa bersalahnya, setelah melirik Hinata tengah memandang dirinya dari jauh. "Pergilah ... aku akan menyusul. Tetap ingat apa yang aku katakan."

Lelaki itu mengernyit bingung, jujur saja dia tidak terlalu memahami orang di depannya. Mengingat mereka berbeda ruangan dan berbeda urusan dalam pekerjaan. Namun tetap saja dia menghargai Naruto ̶ ̶ menganggap lelaki pirang itu sebagai seniornya.

"Jujur saja, sikapmu sedikit ... ah! Banyak sekali. Kau banyak berubah, Naruto-san!" Dia mengedikkan bahu, sembari menggeleng kepala. "Apa kau berpacaran dengan Hyuuga? Kau terlihat sedikit posesif padanya. Sepertinya aku ketinggalan sesuatu yang menarik." Alis itu naik-turun menggoda.

"Apa maksudmu?"

Hardikan itu refleks membuat Code menutup telinga. Bahkan, Hinata yang berdiri jauh dari mereka melakukan serupa. Gadis itu memberanikan diri menghampiri, jika lelaki itu mendapat masalah, mungkin saja mereka harus membatalkan untuk pergi hari ini. Dan dia yang akan bertanggung jawab mengenai pesta kecil rencana mereka.

"Apa yang terjadi? Jika itu hal yang penting, biarkan aku yang mengurus tempat reservasi. Aku akan bertanggung jawab!"

Dua lelaki itu terperangah. Mimik wajah Hinata yang ditunjukkan sudah menjelaskan semuanya ̶ ̶ betapa paniknya gadis itu.

"Bukan seperti itu! Kau salah paham," sahut Naruto. Tidak mau semuanya berubah kacau, sekarang ia benar-benar merutuki dirinya sendiri. Ia mengumpat ketika melirik Code tengah tertawa mengejek. "Bukan apa-apa! Kalau begitu kalian pergi sekarang! Aku akan segera menyusul."

Mereka berdua didorong paksa untuk keluar ruangan. Suara debam pintu membuat mereka tersentak. Code dan Hinata bertukar pandangan, lelaki itu kemudian mengedikkan bahu. "Sepertinya aku mengerti."

"Mengerti apa?"

"Tidak, bukan apa-apa. Ayo Kita berangkat!"

◊◊◊◊

Gesekan kaki kursi pada lantai mengalihkan perhatiannya. Dia tampak tenang menanggapi, ketika seorang lelaki duduk di depan. Jari-jari tangan yang dilingkari dua cincin perak itu mengusik telinga ketika mengetuk sengaja pinggiran meja.

"Suatu kehormatan bagiku, mendapatkan panggilan dari teman lamaku."

"Cara bicaramu tidak pernah berubah ya, Itachi."

Lelaki itu tergelak, melepaskan kacamata, dan meletakkan benda itu di atas meja. Itachi tersenyum ketika Neji mendorong satu gelas kopi yang baru saja disuguhkan oleh pelayan Kafe. "Selalu tahu apa yang aku inginkan. Sifat itu adalah hal yang aku suka darimu, Teman."

"Itu terdengar menjijikkan dari mulut lelaki yang sudah memiliki tunangan. Beberapa orang yang mendengar akan membuat mereka salah paham." Perasaan tidak nyaman itu muncul, Neji merasa risi untuk berlama-lama duduk di kursinya. Namun, tidak berlangsung lama ia tergelak.

UNBELIEVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang